Jam dinding itu menunjukkan pukul 12 siang. Aku tidak kaget ataupun merasa terburu-buru, hanya saja seluruh tubuhku terasa sakit.
Dengan rasa sakit di sekujur tubuh yang aku sendiri tak tahu apa penyebabnya, dan mata yang masih terasa sangat berat untuk kubuka, tanganku merayap mencari HP yang sejak semalam tergeletak di samping bantal tempatku tidur.
Masih dalam posisi yang sama seperti saat terbangun, kupegang HP itu lalu kubuka Facebook, Twitter, kemudian menuju ke Instagram.
Tak ada yang menarik disana. Hanya foto teman-temanku di postingannya dengan raut wajah sumringah dan senyum-senyum percaya diri saat mengikuti kegiatan di hari pertama masa ospek mereka di kampusnya masing-masing.
Kuletakkan ponsel dan aku hanya bisa melamun menatap langit-langit kamar yang semakin kutatap semakin menjauh, semakin suram.
-❤-
Sore itu Bapak dan Ibu menggelar acara syukuran kecil-kecilan di rumah untuk merayakan keberhasilanku masuk SMP favorit dan Ibu yang baru saja membuka toko emas kecil di dekat alun-alun dengan mengundang tetangga-tetangga kami.
"Alhamdulilah dan terimakasih saya haturkan kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang telah berkenan hadir dalam acara tasyakuran atas nikmat yang telah Allah berikan kepada putra semata wayang kami dan Ibunya", Bapak menyambut tamu undangan yang diikuti senyum bersahabat dari para hadirin.
Bapak adalah seorang manajer di perusahaan swasta tempat dia bekerja. Hari-hari kami sangat bahagia dan dipenuhi dengan optimisme menatap masa depan.
"Pak sekarang aku sudah SMP, setelah itu aku mau masuk SMA favorit kemudian kuliah di kampus terbaik ambil jurusan ekonomi dan bisnis", ucapku kepada Bapak setelah acara selesai.
"Aku ingin membangun bisnisku sendiri yang lebih besar daripada bisnis Ibu. Doakan aku Pak, Buk", lanjutku.