Tarian yang dibawakan oleh 5-6 orang pria dan 5-6 orang wanita ini diawali dengan gerakan maju mundur, dan saling bertukar tempat, kemudian membentuk konfigurasi seperti huruf Z lalu berubah menjadi seperti huruf S, gerakan yang ditampilkan merupakan gerakan yang dinamis yang disebut momaani atau ibing.Â
Pada saat itulah tari ini akan terasa mulai menegangkan. Parang yang dipegang oleh salah seorang penari mulai diarahkan ke batang pisang sambil masih terus momaani. Lalu dalam sekejap parang itu diayunkan ke batang pisang. Dan dalam sekali ayunan parang semua batang pisang rebah bersamaan.Â
Tari Lumense ditutup dalam sebuah konfigurasi berbentuk setengah lingkaran, para penari membuat gerakan tari lulo yakni salah satu jenis tarian etnis masyarakat setempat yang lainnya., tari lulo ini dilakukan dengan tangan yang jari-jarinya saling berkait sedemikian rupa sehingga telapak tangan masing-masing saling bertaut.Â
Lalu secara bersama-sama digerak-gerakkan turun naik untuk mengimbangi ayunan kaki yang maju-mundur sambil bergerak ke arah kanan dan kiri..Â
Kini Tarian Lumense tidak lagi ditampilkan sebagai ritual kerohanian untuk dipersembahkan kepada roh halus, akan tetapi kini dipertunjukkan untuk menyambut tamu agung seperti para pejabat penting atau para turis asing sebagai semacam sambutan selamat datang dengan makna agar tamu maupun masyarakat terhindar dari berbagai tantangan atau bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H