Dengan lemas dan suara pelan dia jawab pertanyaan sang suami, "Ya benar, Joner memberiku uang sejumlah USD 100 itu."
"Baguslah," Danang berseri menukas.
Mendengar ucapan ringan begitu, barulah Sandra menengadah dan mengetahui seri wajah sang suami, entah mengapa, bagai terlepas beban berat dari dadanya.
"Memangnya kenapa?" Lugu seolah tanpa beban Sandra bertanya.
"Jum'at kemarin menjelang waktu bubaran kantor, Joner masuk ruang kerjaku. Pinjam duit USD 100 untuk suatu kebutuhan yang mendesak. Dia bilang mengembalikannya ke rumah hari ini," secara ringkas padat Danang menjelaskan.
Sembari cermat menyimak Danang bicara tak urung Sandra dalam benaknya muncul geram yang kembali menyeruak, membuat sesak rasa di dada. Semakin panas saja hatinya tatkala sang suami menambah dengan ucapan memuji.
"Beruntung sekali kita ini ya San, memiliki sahabat yang dapat dipercaya."
Jika tak ingat menjaga situasi dan kondisi janganlah sampai bertambah jelek, nyaris Sandra menggumamkan sumpah serapah mengumpat dan mencaci-maki Joner.
Kesabaran Sandra benar-benar mendapat ujian layaknya menantikan sampai hari Senin tiba. Dia masih harus pula menunggu saat tepat jelang awal jam kantor. Untuk kemudian dia hubungi nomor ponsel Joner, dan ketika di ujung sana terdengar suara yang bersangkutan, ternyata singkat saja yang Sandra pengen ucapkan.
“Joner, kau bangsat!!”
-----oo0O0oo-----
Jakarta, 20151129