[caption caption="ARTISTIK 20151120 Pengunjung Mengamati Sebuah Karya Pada Pameran Lukisan_20150217162900lukisan_antarajatengdotcom"][/caption]
"Pameran Adi Lukisan"
Seorang pejabat tinggi pemerintah pusat datang memenuhi undangan panitia untuk membuka Pameran Lukisan. Menyadari adalah sudah menjadi kelaziman pejabat terundang diminta panitia menyampaikan sekapur sirih, atau bahkan meresmikan pembukaannya, ajudan sudah dimintanya menyiapkan teks.
Yang namanya aral tak perlu diminta acap begitu saja menghadang. Fakta urutan sebab dan dampak yang terjadi terkait hal itu bermula setibanya di tempat Pameran. Sang pejabat sesaat tertegun langkahnya waktu menyadari kacamatanya tertinggal di kantor.
Masih tetap kentara meski diusahakannya menyembunyikan rasa paniknya dia toleh ajudannya.
Pejabat: "Ajudan, sebelum meninggalkan ruang kerja tadi, kau lupa mengingatkan aku untuk membawa kacamata...!"
Ajudan: "Siap pak! Maaf, bapak bisa saja menugaskan saya kembali ke kantor, tapi pada jam bubaran kerja begini macetnya Jakarta ampun-ampunan."
Pejabat: "Lantas bagaimana dong...."
Ajudan: "Siap pak! Mohon bapak bersikap tetap tenang. Nanti waktu bersama keliling arena pameran, akan saya bisikkan lirih komentar pendek atas setiap lukisan yang bapak lihat. Bapak tinggal menyampaikan ulang saja seperlunya."
Maka, tenanglah sang pejabat mendengar usulan skenario pembantu setianya itu. Di lapangan terjadilah seturut kehendakNYA. Begini.
Selesai acara gunting pita, disertai panitia yang wanita pebisnis karya seni nan segar senyumnya, cantik rupawan dan menarik tutur katanya, sang pejabat asyik terlibat wawankata dengannya ketika acara tinjau arena pameran berlangsung. Di belakang mereka, tentulah para undangan ikut serta mengiring.
Berhenti mengikuti ajakan wanita panitia ayu menawan itu melihat lukisan pertama, maka tak bisa tidak sang pejabat berhenti. Dia kerahkan daya upaya mengamatinya, sebuah kanvas berpigura bergambar tidak jelas apa wujudnya.
Belum sempat ajudan yang salahnya koq ya posisinya terhalang si panitia yang ayu menarik, untuk segera bergeser mendekati dan membisikkan selarik komentar. Waktu sudah menyesaknya untuk mengucapkan sesuatu.
Pejabat: "Wah siapakah nih pelukisnya? Indah nian goresannya melukiskan wujud IKAN RAKSASA ini. Hiu atau paus barangkali. Cantiiiiiik sekaliiiiiii....."
Ajudan: "Psssttttt pak, itu lukisan BUAYA.... BUKAN IKAN!"
Pejabat: "Ya, menurutku, saking cantiknya buaya ini sampai kelihatan seperti ikan." Tentulah sambil ngeles.com... Mengingat di sampingnya ada si cantik, belum lagi sebagian undangan masih ada menyertai.
Lanjut melihat lukisan yang kedua.
Pejabat: "Nah, lukisan ini jika saja dilihat Ibu Megawati pribadi, pasti beliau sangat berkenan. Dan akan dibelinya... Lukisan BANTENG yang perkasa dengan latar alami pula... Wow!"
Ajudan: "Pak, maaf. BUKAN BANTENG pak, itu lukisan GAJAH...," bisik ajudan.
Pejabat: "Owh begitu kiranya... Ya, karena gadingnya mencuat panjang kayak tanduk Banteng...." Masih saja ia berupaya keras ngeles.com.
Â
Akhirnya sampailah si pejabat di sebuah pigura yang terakhir, berada dekat dengan pintu keluar arena pameran.
Pejabat: "Nah, dari sekian banyak lukisan yang ada di sini, menurut saya yang satu ini paling mengena di selera saya. Paling suka saya sama lukisan SIMPANSE ini. Kelihatan hidup... Padu serasi dengan suasana sekitar yang melatarinya."
Lantas sembari menoleh kepada si cantik rupawan panitia yang setia menyertainya, sang pejabat menjentikkan jemari.
Pejabat: "Saya mau membelinya...!!!"
Mendengar itu, terlompatlah mendekat si ajudan dan dengan mimik wajah memelas menahan malu dan lantaran memikirkan prediksi DAMPAK peristiwa terhadapnya sepulang dari pameran ini nanti. Atau besok di kantor.
Ajudan: "Paaaaaaaaaaak, maaf.... Jangan bapak silap, itu adalah cermiiiiiiiiiiin pak... BUKAN lukisan SIMPANSE. CERMIIIIIINNN......."
HA HA HA HA HAAAAA..............
-----oo0O0oo-----
Jakarta, 20151120
Tabik dan salam HUMORana
Â
Ttd & Stempel Resmi
Departemen Entah Apa Enaknya
Terima kasih atas ide ceritanya kepada: sam PoedjiP_ubts73_20/11
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H