Mohon tunggu...
Mesa Indra Naiborhu
Mesa Indra Naiborhu Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Hukum, Management, dan Keuangan

Meminati bidang hukum, management, dan keuangan yang dapat dipergunakan untuk berbagi pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tuhan yang Berkuasa atau Berkuasanya Tuhan?

25 Juli 2021   13:47 Diperbarui: 25 Juli 2021   14:17 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wabah Covid-19 telah mengubah banyak hal di dalam kehidupan sehari-hari umat manusia, tidak perduli di negara mana, di daerah mana, model kehidupan masyarakatnya seperti apa, dan beragama atau tidak beragama sekalipun, tidak luput dari serbuan wabah ini.

Menurut "berita-berita" yang banyak beredar di media massa, tentunya yang berasal dari sumber yang valid, seperti dari dokter, institusi-institusi kesehatan, dan lain sebagainya mengatakan bahwa penyebab Covid-19 adalah virus.  Informasi yang dikutip dari https://www.alodokter.com/covid-19 menjelaskan bahwa Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh "virus" severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). 

Penyebutan Covid-19 berasal dari : "Coronavirus Disease 2019".  Jenis virusnya adalah "Coronavirus" yang mematikan (= "disease") dan diketahui mulai mewabah pada tahun 2019.  Sehingga jadilah dinamakan Covid-19.  Mungkin kalau mewabahnya pada tahun 2020, akan dinamakan Covid-20.

GitHub.com merupakan suatu situs internet yang merupakan anak perusahaan (subsidiary) dari Microsoft.com sejak tahun 2018.  Dengan nama besarnya "Microsoft" serta jenis usahanya adalah di bidang pengembangan microsoft dan internet, maka tidak ada salahnya mengutip beberapa data.  GitHub.com bekerjasama dengan Johns Hopkins University dalam mengelola informasi dan data-data mengenai wabah Covid-19.

Berdasarkan data yang dikutip dari situs GitHub.com, bahwa di Indonesia, hingga pada tanggal 23 Juli 2021 kasus baru yang terjangkit virus Covid-19 adalah sebanyak 43.087 jiwa, sehingga total masyarakat Indonesia yang terinfeksi secara akumulasi, dari awal wabah hingga tanggal 23 Juli 2021 adalah sebanyak 3,08 juta jiwa, dengan jumlah yang sembuh sebanyak 2,43 juta jiwa, serta jumlah yang meninggal sebanyak 80.598 jiwa.

Dapat dilihat kondisi sebaran Covid-19 di 24 negara dengan data yang dikompilasi dari Johns Hopkins melalui https://news.google.com/covid19/map?hl=id&mid=%2Fm%2F03ryn&gl=ID&ceid=ID%3Aid, dengan updating data per tanggal 22 Juli 2021.  Catatan : Tidak dicantumkan akumulasi yang sembuh.

Kembali kepada virus, dapat dibaca juga pada situs : https://www.gramedia.com/literasi/virus/ mengenai apakah yang dimaksud dengan virus. 

Virus adalah bagian dari microorganism karena merupakan "mahluk hidup" dengan ukuran yang hanya beberapa mikro atau mungkin lebih kecil dari itu.

Kata kuncinya adalah mahluk hidup

Mahluk hidup tidak hanya yang dapat dilihat secara visual dengan mata telanjang, dan dari zaman sebelum ditemukannya mikroskop sudah ada mahluk yang ukurannya sangat mini tersebut, sehingga tidak pernah diketahui pada waktu dulu.  Dengan ilmu kedokteranlah secara perlahan-lahan mulai diduga ada mahluk sangat mini tersebut serta dengan berkembangnya teknologi yang memungkinkan penggunaan mikroskop untuk mempelajari lebih lanjut.

Pertanyaannya, apakah semua orang memahami bahwa virus itu adalah mahluk hidup ?  Mungkin ada yang tidak memahaminya, tetapi kemungkinan besar lebih banyak orang yang memahaminya.  

Bagi yang belum memahaminya, dengan kondisi yang sedang hangat-hangatnya membahas serta hidup berdampingan dengan Covid-19 ini, seharusnya, layaknya manusia, akan mencari tahu apa dan mengapa mengenai virus tersebut.  Bukan malah memberitahu apa dan mengapa virus tersebut dengan ketidaktahuannya (banyak sekali yang melakukan ini di medsos maupun di mimbar-mimbar).

Virus yang merupakan mahluk hidup tersebut, dari dulu hingga saat ini, karena kekuasaan Sang Pencipta, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya, yang sering disebut sebagai mutasi. 

Demikian juga dengan manusia, dari zaman dahulu sampai sekarang mengalami mutasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungannya. 

Mutasi ada yang memberikan kebaikan kepada diri sendiri (baik kepada manusia itu sendiri maupun kepada virus itu sendiri), tetapi ada juga mutasi yang memberikan keburukan kepada dirinya sendiri. 

Wabah Flu Spanyol pada kisaran tahun 1918, virus sebagai penyebab wabah tersebut mengalami mutas dan justru mutasi yang terjadi menjadi penyebab melemahnya virus, sehingga wabah Flu Spanyol berangsur-angsur menghilang.

Kembali kepada virus (lagi).  Karena virus tersebut adalah mahluk hidup, maka siapa yang kita simpulkan sebagai penciptanya ? Manusiakah atau Tuhan ? 

Penulis, berdasarkan pemikiran, hati nurani, dan lain sebagainya, menyimpulkan bahwa viruspun adalah bagian dari ciptaan Tuhan.  Jikpun mutasi terjadi, mungkin saja karena dipicu oleh campur tangan manusia.  Tapi yang pasti, berdasarkan keyakinan penulis, bahwa virus adalah bukan ciptaan manusia.

Jika bukan manusia sebagai pencipta virus (sebenarnya sama halnya dengan flu yang dari zaman purba sudah ada, juga bukan ciptaan manusia), jika ada wabah Covid-19 yang melanda dunia (mohon dapat dilihat kembali data yang disajikan), apakah yang terutama, terpenting, dan harus, adalah dengan menyalahkan ? Atau seharusnya saling bahu-membahu untuk melakukan pencegahan, pengobatan, penyuluhan, dan tindakan apapun yang patut dilakukan, untuk kepentingan umat manusia, minimal keluarga, masyarakat sekitar, atau masyarakat satu warga negara ?

Beberapa obrolan (atau mungkin "bacotan") yang, sekali lagi, mungkin saja diucapkan oleh, entah siapaun, yang dapat berakibat buruk kepada diri sendiri, keluarga, tetangga, teman, sahabat, siapapun yang masuk ke dalam golongan manusia, seperti :

  • Presiden gagal menanggulangi Covid-19 sehingga harus mundur dari jabatannya.
  • Bergerak demo, Jokowi end game.
  • Di mana Pancasila ? Apakah sudah terbukti bahwa Pancasila mampu menghentikan Covid-19, kalau tidak selesai juga Covid-19 ini berarti ganti ideologi.
  • Covid-19 adalah tantara Allah
  • Tidak malu kepada Tuhan dengan menutup rumah ibadah ?
  • Kami tidak takut Covid-19, kami hanya takut kepada Tuhan
  • Vaksin adalah alat asing yang ingin memusnahkan bangsa Indonesia
  • Dan banyak lagi ungkapan-ungkapan senada-sepermiripan.

Sembari mengungkapkan hal-hal yang mirip seperti di atas, ternyata protokol kesehatan justru tidak dijalankan.   Betapa absurdnya..

Protokol kesehatan tidak mengharuskan orang, siapapun, untuk dilarang mencari rejeki.  Bagi yang kehidupannya sehari-hari adalah mengandalkan penjualan sehari-hari, seharusnya tidak boleh dilarang untuk berjualan.  Tetapi yang berjualanpun sebaiknya dan seharusnya melaksanakan protokol kesehatan.

Bukankah, kembali kepada virus sebagai mahluk hidup, akar dari masalah Covid-19 ini adalah bahwa virus bukan ciptaan manusia, tetapi ciptaan Tuhan ?  

Lalu apakah ada yang berani menyalahkan Tuhan ?  Kalau ternyata tidak punya nyali untuk menyalahkan Tuhan, sebaiknya kita melakukan pencegahan, melaksanakan protokol kesehatan, ikut melaksanakan program vaksinasi, dan lain sebagainya yang sedang dianjurkan pemerintah.

Kenapa malah Jokowi yang disalahkan ? Kalau Jokowi yang selalu disalahkan karena terjadinya wabah Covid-19, berarti Jokowi-lah yang menciptakan virus.  Itu sama saja dengan menjadikan Jokowi sebagai Tuhan.

Atau Jokowi disalahkan karena wabah Covid-19 tidak segera selesai dari bumi pertiwi ?  Sembari menyalahkan Jokowi, sambil berdemo, tidak menjalankan protokol kesehatan, "menghasut" banyak orang bahwa vaksin adalah alat penjajahan baru, dan lain sebagainya.

Dimulai dari hasutan untuk jangan mau dilarang mudik, hoax mengenai vaksin, hasutan kami "lapar", hasutan untuk berdemo, dan banyak lagi tindakan-tindakan yang dilakukan yang bertentangan dengan anjuran pemerintah yang sedang berjuang untuk menyelamatakan rakyatnya, tetapi menyalahkan pemerintah.

Dengan melihat sebaran wabah Covid-19 yang melanda dunia, menunjukkan betapa sesama umat manusia harusnya saling menguatkan, bahu-membahu, bantu-membantu, dan melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menghadapi wabah ini.  Karena wabah ini akan bertahan melanda dunia sampai kapanpun, tetapi yang terpenting bagaimana teknologi dapat membantu umat manusia untuk mengendalikannya. 

Seperti halnya flu yang selama ini kita sudah hadapi, bahkan manusia sedunia mungkin juga sudah pernah terkena flu, tetapi karena teknologi kedokteran sudah cukup maju, maka dari mulai balita, manusia sudah diberikan vaksin untuk menghadapi virus flu tersebut.  Sehingga sewaktu-waktu kita terkena flu, tidak menjadi mematikan.

Demikian juga diharapkan hal yang sama dengan wabah Covid-19 ini, dengan vaksinasi diharapkan terbentuk herd immunity, sehingga kehidupan manusia sehari-hari dapat kembali berjalan normal berdampingan dengan Covid-19 layaknya kehidupan sebelumnya yang berdampingan dengan flu biasa.-MIN-

Catatan :

Judul di atas sebenarnya sama saja pengertiannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun