Usai berkeliling dan berbelanja, saya melanjutkan perjalanan ke Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, yang terletak di Jalan Dipati Ukur, tepat di seberang kampus lama Universitas Padjadjaran. Monumen yang dikenal dengan nama Monju ini memiliki makna mendalam, didirikan untuk mengenang perjuangan rakyat Jawa Barat.
Dibangun pada tahun 1991 dan diresmikan pada 1995, monumen ini memiliki museum di bagian bawah yang menyimpan berbagai artefak dan cerita perjuangan rakyat Jawa Barat. Beberapa tahun belakangan, Monju mengalami revitalisasi, membuat area ini menjadi lebih nyaman dan tertata.
Di Monumen Perjuangan, saya menemukan amfiteater yang baru dibangun sebagai tempat berkumpul dan beraktivitas. Di bagian selatan, terdapat beberapa ruang terbuka beratap yang menjadi tempat favorit bagi pengunjung untuk duduk santai atau beristirahat.
Saya pun duduk sejenak, menikmati pemandangan dan mengamati anak-anak yang bermain di area bermain yang dilengkapi dengan wahana seperti ayunan dan perosotan. Suasana pagi di sini begitu damai, dengan keluarga-keluarga yang bercengkerama, orang-orang yang berfoto, dan beberapa pengunjung yang bersantai di rerumputan sintetis yang menghiasi arena bermain.
Berjalan-jalan di sekitar Monju, saya teringat sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat yang monumental. Monumen ini tidak hanya menjadi simbol peringatan, tetapi juga ruang publik yang mempertemukan beragam aktivitas warga Bandung. Dengan renovasi terbaru, monumen ini semakin nyaman dan mampu menampung berbagai kegiatan masyarakat, mulai dari olahraga hingga pertemuan komunitas.
Tak terasa, waktu berlalu cepat. Saya pun kembali ke Lapangan Gasibu, mengakhiri pagi Ahad yang penuh makna ini dengan perasaan segar dan pikiran yang jernih. Berolahraga, berwisata, dan berbelanja dalam satu pagi terasa begitu menyenangkan, terutama di tempat yang sarat akan sejarah seperti ini.
Bagi siapa pun yang berkunjung ke Bandung, pagi di Gasibu dan Monumen Perjuangan adalah momen yang tak boleh dilewatkan---sebuah perpaduan antara kegiatan fisik, pengetahuan sejarah, dan kenangan indah di Kota Kembang.
Dan jika saya kembali ke Bandung pada Ahad pagi, insya Allah saya akan ke sini lagi. Tak ingin melewatkan kesempatan berolahraga di trek biru Gasibu yang ikonik, sambil menikmati pesona Gedung Sate dan mencicipi sarapan di pasar kaget sekitar lapangan. Sambil berjalan, saya tentu juga akan berburu aneka suvenir untuk mengenang perjalanan akhir pekan yang selalu mengesankan di Kota Bandung, walau pun dihantui dengan kemacetan.