Pagi di ujung akhir pekan, langit Bandung terlihat cerah, seperti menyambut saya untuk menjelajahi kawasan ikonik di tengah kota ini.
Ahad ini saya memutuskan untuk menikmati suasana di Lapangan Gasibu dan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat---dua tempat yang bukan hanya menyimpan sejarah, tetapi juga memberikan ruang bagi warga dan wisatawan untuk berolahraga, bersantai, dan berbelanja.
Setelah menyiapkan sepatu olahraga dan tas kecil, serta tumbler minum, saya pun berangkat. Lapangan Gasibu, yang terletak tepat di depan Gedung Sate, adalah tujuan pertama saya. Gedung Sate sendiri bukan sekadar bangunan pemerintah.
Dibangun pada tahun 1920 oleh pemerintah Hindia Belanda, gedung ini awalnya dinamakan Gouvernements Bedrijven, yang dirancang oleh arsitek terkenal saat itu, J. Gerber. Bentuknya unik, dengan ornamen berbentuk "tusuk sate" di puncak menara yang membuatnya mendapat julukan yang kita kenal hingga kini.
Bangunan ini masih berdiri kokoh, menjadi simbol kemegahan arsitektur kolonial dan ikon Kota Bandung.
Saat tiba di Lapangan Gasibu, suasana pagi yang sejuk langsung menyambut saya. Trek lari biru ikonik lapangan ini terlihat segar di mata, kontras dengan hijaunya pepohonan di sekeliling.
Tak hanya warga lokal, banyak juga pengunjung dari luar kota yang datang untuk berolahraga sambil menikmati suasana. Saya mulai berlari santai di trek sintetis yang aman dan nyaman ini, merasakan udara pagi yang menyegarkan dan merilekskan pikiran.
Seiring berjalannya waktu, Lapangan Gasibu yang dahulu penuh sesak oleh pedagang kaki lima, kini telah lebih tertata. Pagi ini, saya melihat beberapa orang menikmati air mancur dan duduk-duduk santai di taman yang indah di sekitar lapangan. Tidak jauh dari situ, ada keramaian di "pasar kaget" yang diadakan setiap Ahad pagi.
Pasar ini dipenuhi oleh pedagang yang menjual berbagai macam barang, mulai dari pakaian olahraga, aksesori, hingga jajanan khas Bandung. Saya pun tak tahan untuk berhenti dan menikmati berbagai makanan kecil sambil sesekali melihat-lihat pakaian yang dijajakan---siapa tahu ada yang cocok untuk oleh-oleh!
Usai berkeliling dan berbelanja, saya melanjutkan perjalanan ke Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, yang terletak di Jalan Dipati Ukur, tepat di seberang kampus lama Universitas Padjadjaran. Monumen yang dikenal dengan nama Monju ini memiliki makna mendalam, didirikan untuk mengenang perjuangan rakyat Jawa Barat.
Dibangun pada tahun 1991 dan diresmikan pada 1995, monumen ini memiliki museum di bagian bawah yang menyimpan berbagai artefak dan cerita perjuangan rakyat Jawa Barat. Beberapa tahun belakangan, Monju mengalami revitalisasi, membuat area ini menjadi lebih nyaman dan tertata.
Di Monumen Perjuangan, saya menemukan amfiteater yang baru dibangun sebagai tempat berkumpul dan beraktivitas. Di bagian selatan, terdapat beberapa ruang terbuka beratap yang menjadi tempat favorit bagi pengunjung untuk duduk santai atau beristirahat.
Saya pun duduk sejenak, menikmati pemandangan dan mengamati anak-anak yang bermain di area bermain yang dilengkapi dengan wahana seperti ayunan dan perosotan. Suasana pagi di sini begitu damai, dengan keluarga-keluarga yang bercengkerama, orang-orang yang berfoto, dan beberapa pengunjung yang bersantai di rerumputan sintetis yang menghiasi arena bermain.
Berjalan-jalan di sekitar Monju, saya teringat sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat yang monumental. Monumen ini tidak hanya menjadi simbol peringatan, tetapi juga ruang publik yang mempertemukan beragam aktivitas warga Bandung. Dengan renovasi terbaru, monumen ini semakin nyaman dan mampu menampung berbagai kegiatan masyarakat, mulai dari olahraga hingga pertemuan komunitas.
Tak terasa, waktu berlalu cepat. Saya pun kembali ke Lapangan Gasibu, mengakhiri pagi Ahad yang penuh makna ini dengan perasaan segar dan pikiran yang jernih. Berolahraga, berwisata, dan berbelanja dalam satu pagi terasa begitu menyenangkan, terutama di tempat yang sarat akan sejarah seperti ini.
Bagi siapa pun yang berkunjung ke Bandung, pagi di Gasibu dan Monumen Perjuangan adalah momen yang tak boleh dilewatkan---sebuah perpaduan antara kegiatan fisik, pengetahuan sejarah, dan kenangan indah di Kota Kembang.
Dan jika saya kembali ke Bandung pada Ahad pagi, insya Allah saya akan ke sini lagi. Tak ingin melewatkan kesempatan berolahraga di trek biru Gasibu yang ikonik, sambil menikmati pesona Gedung Sate dan mencicipi sarapan di pasar kaget sekitar lapangan. Sambil berjalan, saya tentu juga akan berburu aneka suvenir untuk mengenang perjalanan akhir pekan yang selalu mengesankan di Kota Bandung, walau pun dihantui dengan kemacetan.
Jika Anda mencari pengalaman yang berbeda untuk mengisi akhir pekan, cobalah mampir ke Lapangan Gasibu dan Monumen Perjuangan di Bandung. Suasana pagi yang segar, trek lari yang nyaman, serta pemandangan Gedung Sate yang ikonik akan menemani olahraga Anda dengan nuansa khas kota ini.
Setelah berolahraga, jangan lupa menyusuri pasar kaget di sekitar lapangan untuk menikmati aneka sarapan khas Bandung yang lezat dan terjangkau. Mulai dari nasi kuning, bandros, hingga bubur ayam yang hangat, semua bisa ditemukan di sini.
Mari nikmati akhir pekan dengan penuh semangat, kesehatan, dan cita rasa yang menggugah selera---semuanya ada di satu tempat yang siap menyambut Anda setiap Ahad pagi di Bandung.
Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI