Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Belajar dari Efektivitas Gaya Kepemimpinan Bercerita Steve Jobs

31 Oktober 2024   20:15 Diperbarui: 31 Oktober 2024   20:17 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam setiap peluncuran produk, Jobs tidak hanya berbicara tentang teknologi tetapi juga menempatkan inovasi sebagai bagian dari pengalaman hidup para penggunanya. Dengan begitu, karyawan dan audiens merasa terlibat secara pribadi dalam visi Apple, yang kemudian membangkitkan komitmen kuat terhadap merek dan produk.

Hal tersebut adalah pendekatan yang sangat relevan bagi para pemimpin masa kini yang ingin menginspirasi tim mereka, terlebih di tengah rendahnya tingkat employee engagement yang dialami oleh banyak organisasi saat ini.

Memanfaatkan Storytelling untuk Return on Inspiration

Di era digital yang cepat berubah, keterikatan emosional karyawan dengan visi perusahaan telah menjadi salah satu kunci keberhasilan organisasi. Return on inspiration (ROI) atau laba atas inspirasi adalah hasil dari keberhasilan pemimpin dalam membangun keterhubungan emosional, yang menciptakan semangat dan aksi nyata di kalangan karyawan.

Penelitian menunjukkan bahwa storytelling yang efektif dapat menciptakan ikatan emosional antara pemimpin dan karyawan, sehingga mereka merasa terlibat dan terinspirasi untuk mewujudkan visi yang disampaikan.

Sebagai contoh, CEO sebuah perusahaan teknologi yang berfokus pada narasi bisnis konvensional mungkin tidak akan mampu menghidupkan visi di benak karyawannya. Namun, jika mereka mulai berbagi cerita yang relevan dengan perjuangan dan aspirasi karyawan, tim akan lebih mudah merasa terhubung secara emosional dengan perubahan yang diperlukan.

Mengadaptasi Gaya Kepemimpinan Bercerita Steve Jobs di Indonesia

Meski tidak semua pemimpin harus meniru gaya Jobs sepenuhnya, mereka bisa mengambil pelajaran dari prinsip-prinsip utamanya, yaitu otentisitas, empati, dan fokus pada apa yang relevan bagi audiens.

Di Indonesia, adaptasi storytelling dapat dilakukan dengan pendekatan yang lebih bersahaja, berempati, dan disesuaikan dengan nilai budaya lokal. Para pemimpin bisa memulai dengan:

  1. Memahami Aspirasi dan Kebutuhan Karyawan: Cerita yang baik dimulai dari pemahaman terhadap kebutuhan, harapan, dan kekhawatiran karyawan. Saat pemimpin menyampaikan visi yang relevan dengan realitas dan aspirasi tim, keterlibatan pun akan meningkat.
  2. Menyampaikan Narasi yang Beragam dan Tepat Sasaran: Jobs sering kali menyesuaikan pesan berdasarkan relevansi audiensnya. Hal ini juga dapat diterapkan oleh pemimpin di Indonesia, misalnya, dengan menyesuaikan narasi bagi tim operasional dan tim inovasi sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka.
  3. Menghubungkan Tujuan Bisnis dengan Kehidupan Sehari-hari: Seperti Jobs yang selalu mengaitkan teknologi Apple dengan pengalaman hidup penggunanya, pemimpin Indonesia dapat menghubungkan visi perusahaan dengan nilai-nilai budaya seperti gotong royong atau kesederhanaan, sehingga tim merasa lebih dekat dengan tujuan organisasi.

Menjembatani Kesenjangan dengan Narasi yang Bermakna

Dalam storytelling, pemimpin berperan sebagai jembatan antara kondisi karyawan saat ini dan arah yang diharapkan di masa depan. Cerita yang bermakna dapat membantu karyawan merasa bahwa perubahan yang terjadi sejalan dengan aspirasi dan harapan mereka.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Misalnya, CEO yang melibatkan karyawan dalam dialog terbuka terkait perubahan perusahaan akan lebih berhasil membangun rasa memiliki dan keterikatan tim terhadap tujuan organisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun