Dalam setiap peluncuran produk, Jobs tidak hanya berbicara tentang teknologi tetapi juga menempatkan inovasi sebagai bagian dari pengalaman hidup para penggunanya. Dengan begitu, karyawan dan audiens merasa terlibat secara pribadi dalam visi Apple, yang kemudian membangkitkan komitmen kuat terhadap merek dan produk.
Hal tersebut adalah pendekatan yang sangat relevan bagi para pemimpin masa kini yang ingin menginspirasi tim mereka, terlebih di tengah rendahnya tingkat employee engagement yang dialami oleh banyak organisasi saat ini.
Memanfaatkan Storytelling untuk Return on Inspiration
Di era digital yang cepat berubah, keterikatan emosional karyawan dengan visi perusahaan telah menjadi salah satu kunci keberhasilan organisasi. Return on inspiration (ROI) atau laba atas inspirasi adalah hasil dari keberhasilan pemimpin dalam membangun keterhubungan emosional, yang menciptakan semangat dan aksi nyata di kalangan karyawan.
Penelitian menunjukkan bahwa storytelling yang efektif dapat menciptakan ikatan emosional antara pemimpin dan karyawan, sehingga mereka merasa terlibat dan terinspirasi untuk mewujudkan visi yang disampaikan.
Sebagai contoh, CEO sebuah perusahaan teknologi yang berfokus pada narasi bisnis konvensional mungkin tidak akan mampu menghidupkan visi di benak karyawannya. Namun, jika mereka mulai berbagi cerita yang relevan dengan perjuangan dan aspirasi karyawan, tim akan lebih mudah merasa terhubung secara emosional dengan perubahan yang diperlukan.
Mengadaptasi Gaya Kepemimpinan Bercerita Steve Jobs di Indonesia
Meski tidak semua pemimpin harus meniru gaya Jobs sepenuhnya, mereka bisa mengambil pelajaran dari prinsip-prinsip utamanya, yaitu otentisitas, empati, dan fokus pada apa yang relevan bagi audiens.
Di Indonesia, adaptasi storytelling dapat dilakukan dengan pendekatan yang lebih bersahaja, berempati, dan disesuaikan dengan nilai budaya lokal. Para pemimpin bisa memulai dengan:
- Memahami Aspirasi dan Kebutuhan Karyawan: Cerita yang baik dimulai dari pemahaman terhadap kebutuhan, harapan, dan kekhawatiran karyawan. Saat pemimpin menyampaikan visi yang relevan dengan realitas dan aspirasi tim, keterlibatan pun akan meningkat.
- Menyampaikan Narasi yang Beragam dan Tepat Sasaran: Jobs sering kali menyesuaikan pesan berdasarkan relevansi audiensnya. Hal ini juga dapat diterapkan oleh pemimpin di Indonesia, misalnya, dengan menyesuaikan narasi bagi tim operasional dan tim inovasi sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka.
- Menghubungkan Tujuan Bisnis dengan Kehidupan Sehari-hari:Â Seperti Jobs yang selalu mengaitkan teknologi Apple dengan pengalaman hidup penggunanya, pemimpin Indonesia dapat menghubungkan visi perusahaan dengan nilai-nilai budaya seperti gotong royong atau kesederhanaan, sehingga tim merasa lebih dekat dengan tujuan organisasi.
Menjembatani Kesenjangan dengan Narasi yang Bermakna
Dalam storytelling, pemimpin berperan sebagai jembatan antara kondisi karyawan saat ini dan arah yang diharapkan di masa depan. Cerita yang bermakna dapat membantu karyawan merasa bahwa perubahan yang terjadi sejalan dengan aspirasi dan harapan mereka.
Misalnya, CEO yang melibatkan karyawan dalam dialog terbuka terkait perubahan perusahaan akan lebih berhasil membangun rasa memiliki dan keterikatan tim terhadap tujuan organisasi.