Di sisi lain, bagi banyak pencari kerja, cara ini adalah bentuk protes terhadap sistem perekrutan yang tidak selalu transparan, terutama dalam hal gaji dan kualifikasi yang dicari.
Generasi Z, dengan kepekaan mereka terhadap transparansi, sering kali menolak tawaran pekerjaan yang tidak mencantumkan informasi jelas tentang gaji atau tanggung jawab pekerjaan. Ini menunjukkan bahwa, meskipun mereka terlihat "putus asa," mereka tetap memegang standar dan harapan yang kuat dalam hal kualitas pekerjaan dan kesempatan pengembangan diri.
Pelajaran untuk Pemberi Kerja dan Pencari Kerja
Tren #Desperate ini mengajarkan kita pentingnya transparansi dan kejujuran di pasar kerja. Bagi perusahaan, ini bisa menjadi peluang untuk mengevaluasi kembali pendekatan mereka terhadap perekrutan, terutama dalam hal menciptakan komunikasi yang lebih terbuka dan transparan dengan calon pekerja.
Pekerjaan yang mencantumkan informasi lengkap tentang gaji dan tanggung jawab tidak hanya membantu menarik lebih banyak talenta, tetapi juga membangun kepercayaan.
Bagi pencari kerja, keterbukaan seperti yang ditunjukkan oleh Myers dan McFadyn adalah bentuk kekuatan. Ini adalah pengingat bahwa tidak perlu malu untuk meminta bantuan atau mengekspresikan kebutuhan akan pekerjaan. Namun, ada keseimbangan yang perlu dijaga antara menunjukkan kebutuhan dan tetap mempertahankan standar dalam menerima tawaran.
Kesimpulan
Tren #Desperate di LinkedIn oleh Generasi Z adalah cerminan dari perubahan mendasar dalam cara pencari kerja berinteraksi dengan perusahaan. Mereka menolak bersembunyi di balik formalitas dan lebih memilih kejujuran sebagai alat untuk mendapatkan perhatian.
Bagi perusahaan, ini adalah kesempatan untuk memahami generasi baru yang terbuka dan mencari hubungan kerja yang jujur dan saling menguntungkan.
Di Indonesia, dengan tantangan pasar kerja yang terus berkembang, pendekatan yang lebih transparan dan terbuka ini bisa menjadi solusi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, membuka jalan untuk rekrutmen yang lebih inklusif dan efektif.
Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H