Dalam beberapa dekade terakhir, dinamika kekayaan antar generasi telah menjadi topik penting yang terus dibahas di seluruh dunia di tengah kondisi sulit dapat kerja saat ini.
Banyak laporan menunjukkan bahwa generasi baby boomer---yang lahir antara 1946 dan 1964---telah mengumpulkan kekayaan yang jauh lebih besar dibandingkan generasi-generasi berikutnya. Sementara itu, generasi milenial dan Generasi Z, yang lahir dalam era digital, menghadapi tantangan yang signifikan dalam upaya mereka untuk mengumpulkan kekayaan.
Laporan Kekayaan Global Allianz 2024 memberikan wawasan mendalam tentang perbedaan kekayaan antar generasi ini, dan penting untuk memahami bagaimana situasi ini juga tercermin di Indonesia.
Baby Boomer: Generasi Terkaya Sepanjang Sejarah
Menurut laporan Allianz, generasi baby boomer telah menikmati kondisi ekonomi yang luar biasa, termasuk pertumbuhan ekonomi yang kuat, harga rumah yang terjangkau, dan pasar ekuitas yang berkembang pesat. Situasi historis ini memungkinkan mereka membangun kekayaan yang signifikan.
Seorang baby boomer di Amerika Serikat yang lahir pada tahun 1960, dengan tingkat tabungan tahunan sebesar 10%, akan mengumpulkan kekayaan seumur hidup setara dengan 850% dari pendapatan yang dapat dibelanjakan. Angka ini menunjukkan betapa besar akumulasi kekayaan mereka.
Di Indonesia, generasi baby boomer juga mengalami kondisi serupa, terutama selama era Orde Baru yang ditandai dengan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Pembangunan infrastruktur dan peluang investasi di sektor properti memungkinkan mereka membeli aset seperti tanah dan rumah dengan harga yang terjangkau pada waktu itu, yang kini nilainya meningkat drastis. Tak heran jika generasi ini disebut sebagai generasi terkaya dalam sejarah modern.
Generasi Milenial: Tantangan yang Lebih Besar
Generasi milenial, yang lahir antara 1981 dan 1996, menghadapi kondisi yang jauh berbeda. Menurut laporan yang sama, generasi milenial mengalami krisis ekonomi global pada tahun 2008, pandemi COVID-19, dan inflasi yang "sangat menyakitkan". Hasilnya, keuntungan dari tabungan mereka jauh lebih rendah dibandingkan generasi baby boomer.
Di Amerika Serikat, milenial yang lahir pada tahun 1984 hanya mampu mengumpulkan kekayaan sekitar 430% dari pendapatan yang dapat dibelanjakan selama hidup mereka---jauh lebih sedikit dibandingkan baby boomer.
Di Indonesia, generasi milenial juga menghadapi kesulitan yang serupa. Beberapa tantangan utama yang mereka hadapi antara lain:
- Harga Properti yang Melonjak: Harga properti di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya telah meroket, sehingga sulit bagi milenial untuk membeli rumah. Banyak dari mereka yang masih menyewa atau tinggal bersama orang tua.
- Upah yang Tidak Seimbang dengan Inflasi:Â Kenaikan biaya hidup tidak selalu diimbangi dengan kenaikan upah. Hal ini mengurangi daya beli generasi milenial dan menyulitkan mereka untuk menabung.
- Beban Utang Pendidikan dan Konsumsi: Banyak milenial mengambil pinjaman untuk pendidikan atau kebutuhan konsumsi, yang menambah beban finansial mereka. Ini juga memperkecil peluang mereka untuk mengumpulkan kekayaan.
Pandemi COVID-19 semakin memperparah situasi ini, dengan banyak usaha yang runtuh dan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang meningkat.
Generasi Z: Peluang di Era Digital
Generasi Z, yang lahir setelah tahun 1997, memiliki tantangan, tetapi juga peluang yang unik. Allianz memperkirakan bahwa generasi Z Amerika akan memiliki kekayaan sekitar 766% dari pendapatan yang dapat dibelanjakan pada tahun 2063, sedikit lebih baik dibandingkan milenial.
Generasi Z tumbuh di era digital, dengan akses yang lebih besar ke teknologi dan peluang untuk berinovasi dalam ekonomi digital.
Di Indonesia, generasi Z juga memiliki potensi besar di sektor teknologi dan ekonomi digital. Banyak dari mereka terjun ke dalam startup, fintech, dan e-commerce, di mana peluang pertumbuhan masih sangat besar.
Namun, seperti generasi sebelumnya, mereka tetap harus menghadapi tantangan ekonomi global dan ketidakpastian pasar yang mungkin membatasi potensi mereka untuk mengumpulkan kekayaan.
Warisan Kekayaan dan Kesenjangan Antar Generasi
Di Indonesia, faktor warisan kekayaan menjadi salah satu aspek penting dalam distribusi kekayaan antar generasi. Generasi baby boomer dan Gen X yang telah mengumpulkan aset bernilai tinggi sering kali mewariskannya kepada anak-anak mereka, yang dapat membantu generasi milenial atau generasi Z membangun kekayaan mereka.
Namun demikian, tidak semua orang memiliki akses ke warisan kekayaan ini, yang pada akhirnya menciptakan kesenjangan kekayaan di dalam generasi itu sendiri.
Harapan Baru di Tengah Pergantian Rezim Pemerintahan
Dalam konteks Indonesia, dinamika kesenjangan kekayaan antar generasi ini mendapatkan relevansi khusus saat kita menyongsong pergantian rezim pemerintahan pada 20 Oktober 2024.
Presiden baru yang terpilih diharapkan mampu merespons tantangan yang dihadapi generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, dalam upaya mereka untuk membangun kekayaan di tengah kesulitan ekonomi global.
Kebijakan ekonomi yang inklusif, seperti reformasi perpajakan, akses yang lebih besar terhadap kepemilikan properti, serta subsidi untuk pendidikan dan kesehatan, dapat menjadi bagian penting dalam agenda pemerintahan baru.
Generasi muda diharapkan dapat memperoleh peluang yang lebih baik dalam bidang pekerjaan, kewirausahaan, dan investasi, yang pada akhirnya akan membantu mengurangi kesenjangan kekayaan antar generasi.
Selain itu, momentum Pilkada yang akan berlangsung pada November 2024 juga menjadi harapan bagi masyarakat lokal untuk memilih pemimpin-pemimpin daerah yang memiliki visi untuk mengatasi kesenjangan sosial-ekonomi di wilayah masing-masing.
Calon kepala daerah yang memiliki kebijakan yang mendukung kewirausahaan, meningkatkan akses ke perumahan terjangkau, dan memperkuat pendidikan vokasi dapat membantu menggerakkan ekonomi lokal yang lebih inklusif, memberikan peluang yang lebih besar bagi generasi milenial dan Gen Z di seluruh Indonesia.
Upaya Mengatasi Kesenjangan Kekayaan
Pemerintah Indonesia telah berusaha mengatasi kesenjangan ini dengan berbagai kebijakan, seperti subsidi perumahan untuk generasi muda dan dukungan untuk kewirausahaan. Selain itu, perkembangan fintech dan investasi online memberikan akses yang lebih luas kepada generasi muda untuk mulai menabung dan berinvestasi.
Namun, literasi keuangan yang masih rendah menjadi tantangan yang harus diatasi agar generasi milenial dan Z dapat memanfaatkan peluang ini sebaik mungkin.
Kesimpulan
Kesenjangan kekayaan antar generasi adalah fenomena yang kompleks, baik di Indonesia maupun secara global. Generasi baby boomer menikmati pertumbuhan ekonomi yang kuat, sementara generasi milenial harus menghadapi krisis dan tantangan ekonomi yang lebih berat.
Generasi Z mungkin memiliki masa depan yang lebih cerah, terutama dengan kemajuan teknologi dan ekonomi digital, tetapi tantangan ekonomi global tetap menjadi faktor pembatas.
Pelajaran yang bisa diambil dari situasi ini adalah pentingnya kebijakan ekonomi yang inklusif dan dukungan yang lebih besar untuk generasi muda dalam hal investasi dan akses ke kekayaan. Dengan kepemimpinan baru di pemerintahan pusat dan daerah, diharapkan ada langkah konkret yang dapat membawa perubahan positif bagi seluruh generasi di Indonesia.
Semoga generasi milenial dan Gen Z dapat meraih kesempatan yang lebih baik dan memperbaiki posisi keuangan mereka di masa depan, demi kesejahteraan bangsa yang lebih adil dan merata.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H