Mengatasi titik buta ini memerlukan kesadaran dan upaya terus-menerus dari manajer untuk benar-benar memahami dan menghargai perspektif karyawan. Salah satu cara efektif untuk mengatasi titik buta adalah dengan penerapan evaluasi 360 derajat, di mana manajer mendapatkan umpan balik dari berbagai sumber termasuk bawahan, rekan sejawat, dan atasan. Ini membantu manajer mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja mereka dan area yang perlu diperbaiki.
Kekuatan yang Belum Diakui
Sebaliknya, ada Kekuatan yang Belum Diakui, yaitu area di mana karyawan memberikan penilaian tinggi, tetapi manajer memberikan penilaian rendah terhadap diri mereka sendiri. Area ini sangat penting untuk diidentifikasi dan dimaksimalkan karena mencerminkan potensi yang dapat lebih diberdayakan untuk keuntungan tim dan organisasi secara keseluruhan.
Contoh Kekuatan yang Belum Diakui termasuk:
- Fleksibilitas dan Adaptabilitas:Â Karyawan mungkin melihat manajer mereka sebagai individu yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan berbagai situasi dan tantangan. Fleksibilitas ini memungkinkan manajer untuk menavigasi perubahan dengan lancar dan menyesuaikan strategi sesuai kebutuhan tim. Namun, manajer mungkin meremehkan kemampuan ini dan tidak menganggapnya sebagai salah satu kekuatan utama mereka.
- Dukungan Emosional: Banyak karyawan merasa mendapat dukungan emosional yang cukup dari manajer mereka. Dukungan ini penting dalam membantu karyawan merasa dihargai dan didukung, terutama dalam menghadapi tekanan atau tantangan pekerjaan. Manajer yang memberikan dukungan emosional secara efektif dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan meningkatkan kesejahteraan karyawan, meskipun mereka mungkin tidak menyadari pentingnya peran ini.
- Mendorong Inovasi:Â Karyawan mungkin merasa bahwa manajer mereka mendukung inovasi dan ide-ide baru. Dorongan terhadap inovasi ini penting untuk perkembangan dan kemajuan tim. Manajer yang mendorong karyawan untuk berpikir kreatif dan mengambil inisiatif dapat meningkatkan produktivitas dan menghasilkan solusi inovatif untuk masalah yang dihadapi tim. Namun, manajer mungkin tidak menyadari bahwa tindakan mereka dalam mendukung inovasi sangat dihargai oleh karyawan.
Mengakui dan memperkuat Kekuatan yang Belum Diakui memerlukan refleksi dan evaluasi diri yang jujur dari manajer. Mereka perlu lebih memperhatikan umpan balik dari karyawan dan menyadari area di mana mereka sebenarnya unggul, meskipun mereka mungkin meremehkannya.
Menggunakan umpan balik secara konstruktif dan terbuka terhadap penilaian dari berbagai sumber dapat membantu manajer untuk lebih mengakui dan memaksimalkan kekuatan mereka.
Relevansi dengan Kondisi di Indonesia
Meskipun penelitian Gallup dilakukan pada 2.729 manajer dan 12.710 karyawan di AS, hasil dan temuan ini tidak menutup kemungkinan bahwa hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Budaya kerja, struktur organisasi, dan tantangan manajerial di Indonesia mungkin berbeda dalam beberapa aspek, tetapi banyak prinsip dasar pengelolaan tim dan dinamika manajer-karyawan bersifat universal.
Penelitian lokal di Indonesia menunjukkan bahwa banyak manajer di Indonesia juga menghadapi tantangan dalam hal memberikan umpan balik yang konstruktif, mendelegasikan tugas secara efektif, dan mengembangkan karyawan mereka.
Misalnya, sebuah penelitian yang dilakukan oleh PPM Manajemen di Indonesia menunjukkan bahwa manajer di Indonesia sering kali merasa kesulitan dalam mengelola karyawan yang berasal dari generasi milenial dan Gen Z, yang memiliki harapan dan cara kerja yang berbeda. Selain itu, kurangnya pelatihan formal dan program pengembangan bagi manajer di Indonesia juga menjadi kendala yang signifikan dalam meningkatkan efektivitas manajerial.
Dengan demikian, meningkatkan kualitas manajemen dan pengelolaan tim di Indonesia juga memerlukan perhatian khusus terhadap titik buta manajerial dan pengakuan terhadap kekuatan yang belum diakui.
Upaya untuk memperbaiki komunikasi, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan mendukung inovasi dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan harmonis di Indonesia.
Kesimpulan