Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa Banyak Gen Z Tidak Nyaman di Belakang Kemudi?

2 Maret 2023   21:32 Diperbarui: 7 Maret 2023   09:50 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah dengar lagu yang dirilis oleh Olivia Rodrigo berjudul "Drivers License" pada tahun 2021? Lagu tersebut langsung hit, terutama pada anak-anak muda Gen Z. 

Lagu tersebut bercerita tentang seorang gadis yang begitu bangga mendapatkan SIM dan langsung berkunjung ke rumah pria idamannya, tetapi sayang yang dituju tidak ada di rumahnya, seperti kutipan bait pertama lagu tersebut:

"I got my driver's license last week
Just like we always talked about
'Cause you were so excited for me
To finally drive up to your house
But today I drove through the suburbs
Cryin' 'cause you weren't around"


Akan tetapi, walaupun lagu tersebut hit di kalangan Gen Z, namun kenyataan di lapangan berbeda. Anak muda dan remaja Gen Z tidak seantusias generasi sebelumnya ketika seusia mereka dalam mengemudikan kendaraan. 

Hal tersebut bisa kita lihat di sekolah-sekolah menengah dimana tidak banyak siswanya yang membawa mobil sendiri ke sekolah. 

Bandingan dengan anak-anak muda yang lahir tahun 1975 hingga 1985 yang banyak membawa mobil ke sekolah di era 90'an dan awal 2000'an. 

Demikian pula di kampus-kampus. Parkiran mobil mahasiswa tidak sesesak jaman Kakek Merza kuliah dulu di era 80'an apalagi dibandingkan dengan era Kampus 90'an dan awal 2000'an.

Image:  Mengapa Banyak Gen Z Tidak Nyaman di Belakang Kemudi? (Ilustrasi oleh Merza Gamal)
Image:  Mengapa Banyak Gen Z Tidak Nyaman di Belakang Kemudi? (Ilustrasi oleh Merza Gamal)

Tren yang berkembang di antara Gen Z, mereka tidak lagi seintensif generasi terdahulu dalam mengemudikan kendaraan sendiri karena zamannya telah dilengkapi dengan aplikasi berbagi tumpangan dan media sosial. 

Walaupun saat ini Gen Z bisa mendapatkan SIM dengan tarif lebih murah daripada pendahulu mereka, tetapi mereka tidak seperti generasi sebelumnya. Gen Z tidak melihat mobil sebagai tiket menuju kebebasan atau tonggak penting dalam hidup.

Image: Gen Z tidak melihat mobil sebagai tiket menuju kebebasan atau tonggak penting dalam hidup. (Ilustrasi oleh Merza Gamal)
Image: Gen Z tidak melihat mobil sebagai tiket menuju kebebasan atau tonggak penting dalam hidup. (Ilustrasi oleh Merza Gamal)

Dalam sebuah penelitian yang dirilis oleh The Washington Time (13 Februari 2023) ditemukan perbedaan anak muda yang memiliki SIM pada tahun 1997 dengan tahun 2020. 

Pada tahun 1997, 43 persen anak usia 16 tahun dan 62 persen anak usia 17 tahun sudah memiliki SIM. Sementara pada tahun 2020, angka tersebut turun menjadi 25 persen dan 45 persen.

Tren tersebut paling menonjol untuk remaja, namun anggota Gen Z yang lebih tua pun tertinggal dari rekan-rekan mereka dari milenial (Gen Y). 

Pada tahun 1997, hampir 90 persen anak usia 20 hingga 25 tahun memiliki SIM, sementara pada tahun 2020, hanya 80 persen anak muda seusia itu yang memiliki SIM.

Alasan-alasan yang dikemukakan Gen Z menunjukkan banyak alasan mengapa mereka berpaling dari mobil adalah kecemasan, keuangan, kepedulian lingkungan. 

Banyak anggota Gen Z mengatakan bahwa mereka belum mendapatkan SIM karena takut mengalami kecelakaan atau mengemudi sendiri. Oleh karena itu, mereka lebih nyaman naik transportasi umum atau taksi online.

Ada banyak spekulasi mengapa hal itu bisa terjadi. Bisa jadi karena remaja saat ini dilaporkan jauh lebih cemas daripada kelompok usia lainnya. 

Mereka mungkin bergantung pada keluarga atau teman mereka untuk bergaul (walaupun banyak dari mereka mungkin puas dengan tinggal di rumah, menggunakan media sosial dan video game untuk terhubung dengan teman sebayanya). 

Atau mungkin mereka tidak ingin mengemudi karena mencari opsi yang berkelanjutan, seperti transportasi umum, ride-sharing (berbagi tumpangan), atau e-skuter. 

Mungkin juga ekonomi yang tergagap-gagap dan inflasi mewarnai masuknya mereka ke masa dewasa, mengecilkan pengeluaran untuk barang-barang mahal seperti mobil.

Alasan lain yang menyebabkan Gen Z "enggan" mengemudi sendiri adalah karena tingginya biaya mengemudi, meliputi harga asuransi mobil yang meroket, meningkat hampir 14 persen antara tahun 2022 dan 2023. Di samping, harga mobil bekas dan baru juga melonjak dalam beberapa tahun terakhir akibat kombinasi gangguan rantai pasokan dan inflasi yang tinggi.

Menurut salah satu Jajak Pendapat Pew, banyak dari Gen Z yang lebih cenderung berbicara tentang perlunya aksi iklim daripada anggota generasi sebelumnya. 

Kesadaran penyelamatan iklim tersebut membuat mereka lebih sedikit menggunakan kendaraan pribadi. 

Sebagian Gen Z  yang telah memiliki SIM pun banyak yang tidak selalu menggunakan mobil pribadi kemana pun pergi karena tingginya biaya asuransi dan ketersediaan angkutan umum di kota-kota besar saat ini.  Mereka mendukung lebih banyak transportasi umum karena alasan lingkungan.

Saat ini Gen Z juga memiliki opsi untuk menggunakan E-skuter, e-sepeda, dan ride-sharing yang tidak tersedia untuk generasi sebelumnya. 

Hal yang terutama dari semua itu adalah Gen Z memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai hal secara online, bergaul dengan teman, mengikuti kelas, bermain game. Hal tersebut dulu hanya tersedia secara pribadi.

Apakah perubahan dalam berkendara dan mengemudi di kalangan Gen Z ini akan bertahan lama? 

Hal tersebut akan sangat bergantung pada apakah Gen Z bertindak berdasarkan preferensi yang melekat, atau hanya menunda tonggak penting kehidupan yang sering memacu orang membeli mobil, seperti karena menikah, memiliki anak, atau pindah dari pusat kota.  

Menurut Prof. Noreen McDonald, seorang profesor perencanaan kota di University of North Carolina - Chapel Hill mengatakan bahwa fase-fase kehidupan tersebut "secara konsisten semakin lambat." 

Gen Z lebih cenderung tinggal di rumah lebih lama, lebih mungkin untuk mengejar pendidikan tinggi dan kecil kemungkinannya untuk menikah di usia 20-an.

Kaum Milenial, terutama yang lahir setelah tahun 1986, melewati fase yang hampir sama dengan Gen Z. Sekitar satu dekade (2010-2019) yang lalu, banyak artikel surat kabar dan makalah penelitian mencatat bahwa generasi milenial menghindari mobil, sehingga beberapa peneliti menjuluki generasi milenial sebagai generasi "tidak bisa ke mana-mana".

Para peneliti tidak bisa memprediksi apakah tren tersebut akan bertahan. Ada spekulasi pada saat itu bahwa milenial pada akhirnya akan mengemudi sebanyak baby boomers begitu mereka melewati tahap kehidupan yang sama. 

Akan tetapi menurut sebuah penelitian tahun 2022, kaum milenial dewasa yang terus mengemudi setiap hari, berjumlah sekitar 8 persen lebih sedikit dibandingkan anggota Generasi X dan baby boomers.

Namun demikian, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah hal yang sama berlaku untuk Generasi Z karena Gen Z termuda baru berusia 10 tahun. Di samping itu, pandemi Covid-19 mungkin telah mengganggu beberapa rencana mengemudi Gen Z yang lebih tua. 

Para peneliti mengatakan bahwa lebih banyak studi akan diperlukan untuk mengevaluasi apakah Zoomers (anggota Gen Z) pada akhirnya mengemudi bahkan lebih sedikit daripada milenial.

Dampak positif jika Gen Z terus menghindari mengemudi sendiri adalah akan berdampak signifikan pada emisi karbon dunia. Transportasi adalah sumber emisi CO2 terbesar saat ini. 

Jika masing-masing Gen Z mengemudi hanya 10 persen lebih sedikit dari rata-rata sebelumnya, maka akan menghemat 25,6 juta metrik ton karbon dioksida agar tidak dimuntahkan ke atmosfer (itu baru perhitungan untuk Amerika saja). Penghematan itu setara dengan emisi tahunan lebih dari enam pembangkit listrik tenaga batu bara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun