Selama aku di Stuttgart, berbagai macam masakan Mama telah aku santap. Mama juga rajin merajut yang sudah jarang dilakukan ibu-ibu era 80-90'an.
Gustav membuka lipatan baju hangat tersebut dan memakainya, serta menyorongkan satu lagi kepadaku untuk kupakai. Mama terlihat senyum Bahagia, Aku dan Gustav memakai pakaian kembar, "kalian, benar-benar anak kembar Mama yang Mama rindukan," ujar Mama.
Papa pun mengambil tustel, dan memotret kami berdua dengan pakaian kembar tersebut. Lalu Papa memasang tustel tersebut pada tripod, dan kami pun berphoto berempat.
Hari sudah mulai larut malam, kami pun bubar. Besok pagi aku dan Gustav harus berangkat ke Hotel untuk berkumpul dengan Cheon, Nguyen, Joong, dan Gonzales untuk bersama melanjutkan perjalanan ke Frankfurt.
Di kamar, aku pun menyiapkan pakaian dan barang-barangku ke koper untuk dibawa besok pagi ke Frankfurt. Aku pun mengambil wudhu, lalu membaca beberapa halaman Al Quran dan sedikit berdzikir sebelum merebahkan diri di ranjang.
Pagi pun menjelang, seperti biasa aku pun bangun dan mandi kemudian wudhu dan shalat subuh. Setelah selesai semuanya, aku pun keluar kamar membawa barang-barangku. Bersamaan aku keluar dari kamar, Gustav juga keluar dari kamarnya. Dan, kami pun turun ke lantai bawah.
Ternyata di bawah Mama sudah menunggu kami untuk sarapan. Setelah meletakkan barang-barang yang akan kami bawa ke ruang depan. Driver pun mengemasi barang kami untuk dimasukkan ke dalam mobil keluarga Gustav yang akan mengantarkan kami ke hotel. Dari hotel, kami bersama peserta dari empat negara lain akan menggunakan minivan yang disediakan oleh Deutsche Bank selama kami magang di Jerman.
Kami pun ke ruang makan, Papa ikut menyusul ke ruang makan. Di meja makan, sebagaimana biasa, tersedia berbagai macam hidangan. Pagi itu ada Mandelwaffeln, Eierkuchen (pancake tipis), dan Bauernomelett (omelet yang terbuat dari kentang dan bumbu yang ditumis, lalu disiram dengan telur serta susu).
Aku mengambil mandelwaffeln dan kubawa kepiring di hadapanku dan kutambahkan siraman madu di atasnya, lalu setelah habis kusantap, aku pun mengambil sepotong eierkuchen. Ketika aku menutup garpu dan pisau rotiku, Mama pun berseru, "bauernomelett belum dimakan."
"Sudah kenyang Mama, nanti tidak nyaman jika terlalu kenyang di perjalanan," elakku ketika Mama mau mengambilkan sepiring omelet itu untukku.
"Mama juga sudah siapkan bread dan bakery untuk dimakan selama perjalanan di mobil," Mama benar-benar seorang Ibu rumahtangga yang menyiapkan segala sesuatu untuk keluarganya. Padahal, dari cerita-cerita yang kudengar, biasanya anak-anak Eropa jika sudah besar tidak lagi bersama orangtuanya. Akan tetapi selama aku di sini, aku melihat hubungan kekeluargaan mereka tidak seperti yang digambarkan banyak orang.