Lalu pada tahun 1999, saya pun mengundurkan diri dengan maksud mau sekolah ke Luar Negeri (tapi, karena krismon, saya batal berangkat). Saya terhitung tidak aktif lagi pas di pertengahan Ramadhan menjelang Idul Fitri. Apa yang terjadi?Â
Nasabah yang biasa mengirimkan parcel untuk saya pada tahun-tahun sebelumnya tidak lagi mengirimkan parcel kepada saya. Kalau pun ada beberapa, itu karena mereka terlambat mendapatkan informasi bahwa saya sudah tidak menjabat lagi pada Idul Fitri tahun itu.
Setahun kemudian, saya kembali bekerja di Bank. Saya menjadi Manager Operasional & Manajemen Risiko. Dan, setelah itu saya kembali menerima parcel dari para vendor yang bekerja sama atau pun ingin bekerjasama untuk memasok kebutuhan kantor saya.Â
Namun, 2 tahun kemudian ada ketentuan dari Bank kami, yang melarang risywah. Parcel pun dikategorikan sebagai risywah, sehingga para pejabat dan pegawai bank tidak boleh menerima parcel dalam bentuk apa pun. Dan ketentuan ini pun kemudian berlaku pada seluruh Bank yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah dan atau BUMN.
Lalu pada 2015, saya pun menjadi Direktur untuk sebuah rumah sakit yang sedang dibangun saat itu. Kembali saya menerima banyak parcel dan dari berbagai pihak yang bekerjasama atau pun ingin melakukan kerjasama.Â
Ketika bangunan rumah sakit dan peralatannya siap, maka masa operasional pun menjelang. Saat itu para distributor obat pun menghantarkan berbagai "hampers" untuk saya.
Kemudian, setelah beberapa tahun, rumah sakit pun sudah operasional dan berjalan dengan baik, saya pun tidak lagi terlibat di rumah sakit tersebut. Dan, tentu tidak ada lagi parcel atau pun hampers dari para vendeor dan distributor rumaha sakit mampir ke tempat saya.
Dari pengalaman-pengalaman tersebut, dapat saya rasakan bahwa hantaran hampers tersebut sarat dengan kepentingan. Kita bukan mendapatkan parcel atau pun hampers karena keikhlasan dan cuma-cuma sebagai tanda ikatan kekeluargaan atau persaudaraan.Â
Sangat berbeda dengan hantaran yang kita bagi kepada tetangga-tetangga kita yang kita masak dari dapur kita sendiri.Â
Di sini kita tidak melihat berapa harga hantaran yang diberikan, tetapi berapa besar rasa persaudaraan yang tumbuh karena saling mencicipi hantaran yang disampaikan oleh tetangga dan handai taulan kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI