Ramadhan sudah di fase 10 hari terakhir, artinya beberapa hari lagi Hari Raya Idul Fitri pun menjelang. Sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia untuk saling berbagi hantaran dengan sanak saudara, kerabat, dan handai taulan.Â
Jika dulu cukup dengan hantaran berupa masakan dari dapur sendiri atau pun buah dan sayur dari kebun sendiri, kemudian bertansformasi menjadi hampers saat ini, di mana sebelumnya dikenal juga dengan parcel.
Dahulu, ketika saya masih kecil di era 70'an, almarhumah ibu saya akan menyampaikan hantaran kepada tetangga-tetangga kami di Pecinaan Pekanbaru saat Idul Fitri yang memiliki beragam kepercayaan, yakni Islam, Budha dan KongHucu.Â
Tetangga-tetangga pun mengantarkan aneka minuman dan makan kaleng ke rumah (terutama yang Non Muslim). Demikian pula pada saat Sincia datang, Ibu akan masak pudding caramel untuk dibagikan kepada para tetangga, dan tetangga pun akan menghantarkan kue bulan dan sup hisit ke rumah. Semua dilakukan tanpa pamrih, tapi semata-mata oleh rasa kekeluargaan dan persaudaraan.
Kemudian ketika saya dewasa, saya pun bekerja di sebuah perbankan nasional pada tahun 1990. Di sanalah saya mulai mengenal hantaran dalam bentuk "parcel".Â
Setelah saya diterima melalui jalur management trainee, dan mengikuti Pendidikan selama satu tahun, Â saya pun ditempatkan menjadi Account Officer pada sebuah Unit Bisnis Bank. Mungkin karena posisi saya yang banyak "berhubungan" dengan pemberian kredit, maka saya pun dihantarkan parcel oleh para nasabah.
Kemudian tahun demi tahun jabatan saya meningkat hingga menjadi Senior Account Manager, maka semakin banyak parcel yang saya terima menjelang hari raya. Saya pun mengurusi pembiayaaan untuk vendor-vendor pengadaan di Lembaga ABRI.Â
Oleh karena sebagian pengadaan itu dilakukan oleh Pusat-Pusat Koperasi keempat Angkatan, maka pembiayaannya pun disalurkan kepada mereka. Dengan demikian yang menghantarkan parcel adalah petugas-petugas dari Koperasi Angkatan tersebut dengan baju seragam dinas ketentaraannya.Â
Dan hal ini membuat tetangga saya terkagum-kagum. Kata mereka, "biasanya kita yang kasih parcel ke mereka, tapi untuk Pak Merza, malahan mereka yang hantarkan parcel".