Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jelajah Nusantara: Menyusuri Lubang Tambang Mbah Soero yang Penuh Misteri di Sawahlunto

2 April 2022   08:50 Diperbarui: 3 April 2022   08:25 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Sawahlunto kota modern di jaman Kolonial Belanda (by Merza Gamal)

Sesampainya buruh-buruh ini di Sawahlunto, mereka dikirim ke penjara orang rantai yang khusus dibuat oleh Belanda untuk para buruh paksa (orang rantai). Mereka bekerja membuka lubang tambang Soegar dengan kaki yang dirantai, makanan seadanya, dan upah kecil. Namun tenaga mereka dikuras untuk menyelesaikan konstruksi lubang tambang

Image: Monumen Mbah Soero dan Buruh Paksa Pertambangan Batubara (by Merza Gamal)
Image: Monumen Mbah Soero dan Buruh Paksa Pertambangan Batubara (by Merza Gamal)

Image: Rantai yang digunakan merantai kaki para buruh paksa tambang batubara (by Merza Gamal)
Image: Rantai yang digunakan merantai kaki para buruh paksa tambang batubara (by Merza Gamal)

Setelah lubang tambang selesai dibuka dengan 2 buah lubang angin (ventilasi udara) maka Belanda mulai melakukan eksploitasi batubara atau 'emas hitam' yang sangat berkualitas itu. Jumlah produksi batubara yang dihasilkan oleh orang rantai pada tahun 1892 sebanyak 48.000 ton. Kemudian dengan adanya lubang Soegar ini produksi batubara meningkat menjadi 196.207 ton pada tahun 1900. Hal ini membuktikan keberadaan lubang Soegar sangat berpengaruh pada produksi batubara.

Image: Menyusuri Lubang abah Soero (by Merza Gamal)
Image: Menyusuri Lubang abah Soero (by Merza Gamal)

Meningkatkanya produksi batubara juga mendatangkan penderitaan bagi buruh paksa. Nasib mereka sangat menyedihkan, rata-rata tiga kali setahun buruh paksa atau orang rantai mendapat hukuman cambuk. Selain perkelahian diantara sesama buruh untuk memperebutkan barang-barang langka seperti rokok dan uang yang menimbulkan tidak sedikit korban jiwa. Kejadian ini dibiarkan oleh mandor tambang dengan syarat jumlah produksi tidak kurang dari 6 ton per shift setiap kelompok.

Image: Suasana di dalam Lubang Mbah Soero (by Merza Gamal)
Image: Suasana di dalam Lubang Mbah Soero (by Merza Gamal)

Pada awal abad ke-20 orang Belanda mendatangkan mandor dari Jawa. Salah satunya Mbah Soerono yang lebih akrab dipanggil Mbah Soero. Mbah Soero diangkat menjadi mandor oleh Kolonial Belanda karena ilmu kebatinan yang dimilikinya. Ia ditugaskan untuk mengawasi penambangan di Lubang Soegar ini.

Image: Galeri Info Box Pertambangan Batubara di Sawahlunto (by Merza Gamal)
Image: Galeri Info Box Pertambangan Batubara di Sawahlunto (by Merza Gamal)

Dalam kesehariannya, Mbah Soero dikenal sangat rajin bekerja, berperilaku baik dan taat beribadah.Selanjutnya lubang ini ditutup pada tahun 1920-an karena adanya perembesan air dari Batang Lunto dan kadar gas metana yang terus meningkat. Kemudian pada tahun 2007, bekas tambang kembali dibenahi, salah satunya Lubang Soegar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun