Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Membangun Budaya Risiko yang Efektif

14 September 2021   08:29 Diperbarui: 29 September 2021   07:51 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis | Sumber: pexels.com/rawpixel.com 

Bisa pula terjadi diskontinuitas karena kepemimpinan baru atau serangkaian tekanan pasar baru, sehingga dapat mengirim budaya ke arah yang berbeda. 

Untuk memantau pergeseran tersebut dan memastikan segala sesuatunya terus bergerak ke arah yang benar, manajer dapat melakukan pemeriksaan mendadak setiap tahun tentang sikap insan perusahaan dan pelanggaran risiko kecil.

Tanggung jawab untuk mempertahankan budaya risiko baru meluas ke dewan direksi, yang harus menuntut tinjauan berkala dari keseluruhan perusahaan dan bisnis individu untuk mengidentifikasi area yang pantas untuk dilihat lebih dalam. Hal tersebut tidak perlu rumit,  perusahaan dapat menggabungkan data yang ada.

Survei insan perusahaan dapat memberikan satu set indikator. Ringkasan insiden operasional, informasi kinerja keuangan, dan bahkan keluhan pelanggan juga dapat berguna. 

Jika digabungkan, data ini dapat ditampilkan di dasbor indikator yang relevan dengan budaya dan nilai risiko yang diinginkan perusahaan. Proses peninjauan seperti itu harus menjadi bagian dari strategi risiko tahunan yang ditandatangani oleh dewan direksi.

Dengan demikian kurangnya kesadaran risiko akan menyebabkan masalah. Perusahaan tidak dapat berasumsi bahwa budaya risiko yang sehat akan menjadi hasil yang alami. 

Sebaliknya, tim kepemimpinan harus mengatasi budaya risiko sama menyeluruhnya dengan masalah bisnis apa pun, menuntut bukti tentang sikap mendasar yang meliputi keputusan risiko sehari-hari, apalagi dalam menghadapi kondisi "next normal' pasca krisis pandemi Covid-19 yang semakin tidak pasti.

Penulis,

Merza Gamal

Author of Change Management & Cultural Transformation

Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun