Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Memaknai Obrolan dalam Mimpi

21 Mei 2018   13:30 Diperbarui: 21 Mei 2018   14:20 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan saya menemukan nasehat yang cukup bijak di dalam Kamasutra, sebagai berikut: "... Tetapi beberapa orang penulis mengatakan bahwa kemakmuran hanya diperoleh dengan menikahi gadis yang menarik perhatiannya, sehingga merupakan satu-satunya gadis yang harus dinikahinya." (Kamasutra, hal 143).

Meski Kamasutra menyatakan demikian, namun Kamasutra juga menjelaskan berbagai kriteria wanita yang tak boleh dinikahi, bahkan juga perlu memperhatikan tanda-tanda keberuntungan seorang gadis. Secara tersirat, dianggap perlu memperhatikan perbintangan, ilmu perjodohan.

Contoh 3:

Sedang berada di timur laut rumah pada malam hari, disana saya melihat kuburan muslim. Lalu saya berjalan menginjak beberapa kuburan orang biasa, mau berbincang-bincang dengan seorang penggali kubur. Katanya, malam ini ada seorang ulama atau Sunan meninggal dunia tetapi jenazahnya masih di perjalanan. Merasa ngeri juga berada di kuburan, siapa tahu ada roh gentayangan di sekitar saya.

"Mas, kalau seorang Sunan wafat, dikubur di sebelah mana ya?"

"Biasanya kalau tokoh masyarakat yang dihormati meninggal, dia dikubur di sebelah barat atau di hulu, sedangkan orang biasa agak di hilir'

"Ohh begitu. Sama aja dengan di Bali. Oya, mas pernah gak merasa takut saat menggali kubur?"

"Pernah! Terutama bila ada orang yang dikubur pada malam hari. Kalau siang sih biasa aja." ujarnya menjelaskan sembari menggali kuburan di samping pohon kopi. Sang penggali kubur juga memindahkan bekas-bekas nisan yang tidak terpakai. 

"Satu lagi, mas. Bila makam seorang Sunan boleh gak ada yang menginjaknya? Soalnya waktu saya lewat di makam orang biasa tadi saya sempat berjalan di atas makam, tapi saat melewati makam ulama saya merasa tak boleh menginjaknya." Tanyaku penasaran. 

"Kalau makam Sunan gak boleh kamu injak karena orang-orang Islam sangat menghormati mereka. Bahkan mereka sembahyang (sholat) di makam Sunan. Kalau makam orang biasa kamu injak masih mendingan." Terangnya lagi.

Mimpi ini ada kelanjutannya, hanya saja cukup sampai disitu agar tidak panjang. Kronologinya sudah tidak lagi soal kuburan tetapi politik. Untuk memudahkan memaknai mimpi ini kudu berangkat dari doa saya. Doanya begini, 'Ratu Sesuunan titiang. Saya belum menikah, juga tidak mawinten (matelah/madiksa), apakah boleh saya ngadegang daksina linggih?'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun