Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Makna Kedutan dalam Budaya Bali

4 Maret 2017   23:44 Diperbarui: 4 Maret 2017   23:57 15454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto; Blog Aang

Salah satu sarana yang digunakan masyarakat tradisional untuk mendeteksi sesuatu yang tidak dijangkau panca indera adalah dengan tanda-tanda kedutan. Bisa dikatakan kedutan bagian dari indra keenam manusia tingkat dasar. Kedutan biasanya sering dialami oleh orang melik, orang yang dianugerahi kelebihan secara spiritual. Sering pula dialami orang awam namun tidak disadarinya.

Tubuh manusia sesungguhnya miniatur dari alam semesta yang maha luas. Sama halnya dengan di alam semesta, dalam diri manusia juga terdapat dewa-dewi yang berada di berbagai bagian tubuh manusia. Sedangkan dewa yang paling agung (Tuhan) bersemayam dalam lubuk hati manusia sebagai parama atma (siwa atma). Terdapat 108 dewa-dewi dalam tubuh manusia yang utama.

Dari hal itu banyak yang berpendapat bahwa kedutan terjadi karena dewa masing-masing dalam tubuh bekerja, lalu diberitahu melalui tanda kedutan. Mungkin benar demikian, belum ada yang memberi petunjuk yang jelas bagaimana kedutan bekerja. Meski demikian saya memiliki argumen tersendiri akan hal itu. Seperti diketahui bahwa pikiran manusia berbentuk gelombang energi yang sangat halus, tidak berwujud, layaknya signal hp. 

Gelombang energi pikiran manusia yang satu dengan yang lainnya akan terhubung bila orang tersebut menyebut nama seseorang dan secara otomatis memikirkan orangnya maka gelombang pikirannya memantul kepada orang yang sedang dibicarakan atau dipikirkan. Demikian pula nada-nada yang keluar dari mulut kita memunculkan suatu gelombang energi yang tercipta dari getaran suara kita. Lalu gelombang energi nada-suara maupun pikiran kita akan memancar kepada seseorang, lalu diterima oleh tubuh halus seseorang dan kemudian menimbulkan getaran pada tubuh fisik.

Gelombang energi pikiran ataupun nada suara tertentu akan terpantul pada bagian tubuh tertentu pula. Apakah gelombang energi negatif (misalnya pembicaraan buruk) ataukah gelombang energi positif (misalnya pembicaraan baik) dan gelombang pikiran wanita ataukah lelaki. Dengan demikian, bila berbeda bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat, maka berbeda pula arti kedutannya, sehingga memaknai kedutan di masyarakat yang berbeda bahasa, beda agama, beda tradisi tidak bisa disamakan, tidak bisa dijadikan patokan oleh masyarakat yang berbeda suku. Sama halnya dengan makna mimpi, akan berbeda maknanya bila sudah berbeda agama, beda tradisi, beda bahasa. Meski adakalanya memiliki kesamaan, terutama masyarakat yang masih memiliki sejarah leluhur yang sama, seperti Jawa-Bali-Lombok.

Kedutan tidak hanya pertanda akan adanya interaksi dengan seseorang, melainkan juga interaksi di alam gaib maupun di alam mimpi. Contoh misalnya, saya pernah kedutan di leher kiri, pertanda musuh datang. Lagi sebentarnya saya perang gaib dengan musuh. Contoh lain yang bersumberkan dari tradisi Jawa yang saya pelajari dari Internet, yang kebetulan terbukti kebenarannya diantaranya; Kedutan di punggung kanan, pertanda akan bertemu orang berilmu. Malamnya saya mimpi diajari nyengceng (salah satu perangkat gambelan bleganjur) oleh bhatara HyangGuru, menyamar jadi bapak saya, biasa dipanggil guru. Pernah juga kedutan di paha kiri, pertanda akan bersanggama. 

Malamnya saya mimpi bermesraan dengan seseorang. Kedutan di dada kanan, pertanda akan berpelukan dengan lawan jenis. Malamnya seorang gadis yang disayangi berseliweran dalam pikiran dan tanpa sadar membangkitkan gairah. Hal ini pertanda gadis itu memikirkan saya. Lalu saya kayalkan gadis itu diajak berpelukan, bermesra-mesraan. Ada banyak lagi contoh lainnya. Oleh karena itu, menggali makna  kedutan adakalanya tidak bisa ditafsirkan mentah-mentah. Umpamanya berkedut di dagu: akan mendapat rejeki berupa makanan. Hal itu bukan berarti dalam waktu dekat akan dapat makanan, tetapi hal itu bisa juga dimaknai bahwa apa yang kita kerjakan saat itu suatu saat akan berhasil.

Hal serupa dengan kedutan, ada istilah nengnongan. Nengnongan tidak begitu penting ketimbang kedutan, bahkan bisa dikatakan tak memiliki arti. Nengnongan rasanya di kulit seperti ada yang menyentuh, sentuhan kecil. Sedangkan kedutan rasanya urat kita seperti ditarik ke dalam. Apabila kita dipikirkan atau dibicarakan secara intens dan terfokus tidak hanya menimbulkan kedutan melainkan juga kejutan pada tubuh, tak jarang tubuh kita sampai terpental. Kejutan pada tubuh (bahasa bali: makejetan) terjadi pada saat kita ngantuk, lalu hilang kesadaran sejenak (bahasa bali: ngliyer) akibat dibicarakan atau dipikirkan orang terlalu terfokus dan agak lama. Adakalanya juga terjadi pada saat sadar, rasanya jadi seperti orang sakit saraf. Hal itu terjadi apabila kita tetap memaksa untuk sadar sehingga yang terjadi adalah menguap berulang kali. Bila menguap dibicarakan orang, seringkali didahului kedutan.

Dari hasil hifotesa saya, bila lengan kiri mendapat kejutan itu pertanda dibicarakan hal baik oleh wanita. Bila lengan kanan: laki-laki. Bila kaki kanan mendapat kejutan, tandanya dibicarakan buruk oleh orang laki-laki. Bila kaki kiri: dibicarakan buruk oleh wanita. Bila di hidung mendapat kejutan disertai keluar nafas, itu pertanda seseorang merasa kaget hingga nafasnya sempat terhenti. Bila kanan - kiri mendapat kejutan secara bergantian, itu tandanya dibicarakan laki dan perempuan. Bila di kepala, kemungkinannya seseorang sedang memikirkan kita secara terpokus. Misalnya dikayalkan. Bahkan adakalanya tubuh kita mengikuti gerakan orang yang memikirkan kita. Contohnya; entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saya mengantuk, lalu hilang kesadaran. Saat hilang kesadaraan melihat orang yang disayangi bibirnya manyun. Tanpa sadar bibir saya ikut manyun.

Hifotesa di atas berdasarkan pengalaman saya waktu sempat dianugerahi indra keenam tingkat dasar: melihat orang lain yang sedang memikirkan atau membicarakan saya saat hilang kesadaran sejenak. *Kemampuan ini telah hilang.

Tubuh mendapat kejutan tak hanya hubungannya dengan manusia. Bisa juga pertanda hadirnya mahkluk gaib. Bila bagian tubuh bawah pusar mendapat kejutan, misalnya kaki, pertanda makluk gaib yang setara dengan manusia yang datang, seperti memedi (roh orang mati), sang wengi (sebangsa jin), dsb. Apabila tubuh bagian atas mendapat kejutan, misalnya kepala, maka mahkluk gaib suci yang datang, seperti Sesuunan (dewata), Bhatara Kawitan (Leluuring leluhur), Bhatara Hyang Guru, Dewa Hyang (leluhur), dsb. 

Kehadiran-Nya dalam mimpi biasanya menyamar menjadi manusia, seperti orang yang menjadi pedasaran (tapakan dewa), pemangku, sulinggih atau orang uci, dlsb. Sebelum mendapat kejutan selalu didahului rasa kantuk atau menguap. Kadang hal itu membuat kita bingung, apakah kita benar-benar mengantuk mau tidur ataukah akibat ada makluk gaib yang mendekat. 

Biasanya jika mahkluk gaib yang mendekat maka pada saat tidur kita akan mimpi, terutama kejutan di kepala. Oleh karena itulah kejutan pada tubuh bisa kita jadikan pertanda akan datangnya mimpi. Bilamana sudah bisa menemukan kebenaran dari tenger kedutan, lama-kelamaan kita bisa mengambil suatu keputusan berdasar tenger kedutan, baik hal sepele maupun persoalan penting. 

Terlepas dari uraian di atas, di bawah ini beberapa makna kedutan yang didapat dari catatan bapak saya, diturunkan dari kumpi Kraman Ajak (sugra pakulun menyebut nama beliau yang telah tiada). Saya salin dari aksara Bali dan terjemahkan bebas.

Iki Tenger Kedut

 - Makedut ring ulu hati, ayu: Kedutan di hulu hati pertanda baik.

 - Makedut ring pabaa, dewa asih ayu: Berkedut di ubun-ubun, dewa melimpahkan kasih-Nya, pertanda baik. Sumber lain menyebutkan akan menerima pangkat.

 - Makedut ring irungnia, wong asih ayu: Berkedut di hidung, ada orang bersimpati, bermaksud baik.

 - Makedut ring soca tengen, wong istri ayu: Berkedut di mata kanan, seorang wanita berniat baik.

 - Makedut ring soca kiwa, wong istri mepaksa ala: Berkedut di mata kiri, seorang wanita hendak berbuat buruk. Sumber lain menyebutkan, pertanda akan ada keluarga yang akan berkunjung.

 - Makedut ring alis kiwa, ala kadang mati: Berkedut di alis kiri, pertanda buruk, terkadang akan ada yang meninggal.

- Makedut ring alis tengen, wong asih: Berkedut di alis kanan, ada orang kasihan, sayang. Sumber lain menyebutkan akan terima uang.

- Makedut ring pipi, guru pitra asih: Kedutan di pipi, bhatara hyang guru dan leluhur melimpahkan kasih-Nya.

 - Makedut ring cangkem sor mwang luur, anak masanggup ring awaknia ngadoang: Berkedut di mulut bawah atau atas, orang berjanji kepada kita ingkar janji.

 - Makedut ring jagut, bhoga dateng: Berkedut di dagu, akan dapat rejeki (makanan).

 - Makedut ring baung, istri makarep asih: Berkedut di leher (depan), wanita dari keluarga dekat bersimpati, sayang.

 - Makedut ring karnania, Pitra nyapa, wenang sodaang: Berkedut di telinga, leluhur menyapa, hendaklah dihaturkan persembahan sodaan.

 - Makedut ring baung tengen, istri asih: Berkedut di leher kanan, ada wanita yang bersimpati, merasa sayang.

 - Makedut ring baung kiwa, satru mara: Berkedut di leher kiri, musuh hendak datang.

 - Makedut ring slapakania, bhoga kepanggih: Berkedut di telapak (tangan), akan mendapatkan rejeki.

- Makedut ring lengen kiwa, pragusti duka: Berkedut di lengan kiri, pragusti duka, marah. Pada era kekinian yang dimaksud pragusti yaitu orang yang memiliki kedudukan di pemerintahan.

 - Makedut ring lengen tengen, mitra dura pejah, braya: Berkedut di lengan kanan, sahabat dari jauh mati, terkadang warga tetangga. Keterangan: pejah tidak selalu berarti mati. Juga pertanda akan datangnya musibah, sakit, menderita.

 - Makedut ring lambungnia, ala sedih, beda teka: Berkedut di lambung, buruk menyedihkan, penderitaan datang.

- Makedut ring cikut tengen, asing teka megawe asih: Berkedut di cikut (siku) kanan, orang yang datang hendak berbuat baik.

 - Makedut ring cikut kiwa, gusti duka: Berkedut di cikut (siku) kiri, gusti marah. Gusti tafsir kekinian yaitu orang yang memiliki kedudukan di pemerintah, terutama yang menjadi pimpinan, kepala.

 -  Makedut ring kempol, wong ngucap ala: Berkedut di bokong, ada orang membicarakan buruk.

 - Makedut ring duur silit, wong makweh, anak luh asih: Berkedut di atas dubur (depan dubur), orang banyak, orang perempuan bersimpati, menaruh kasih.

 - Makedut ring silit sor, wargi ngucap ala: Berkedut di bawah dubur (belakang dubur), keluarga membicarakan buruk.

- Makedut ring purusnia, wong pamitra ngucap ala: Berkedut di kemaluan, sahabat membicarakan buruk.

 - Makedut ring wetis kiwa, maya rauh: Berkedut di betis kiri, maya (mahkluk gaib jahat) datang.

- Makedut ring wetis tengen, pamitra ngucap ayu: Berkedut di betis kanan, sahabat membicarakan baik.

 - Makedut ring soca tengen (?), wong nyama panunggalan pejah: Berkedut di mata kanan, saudara dekat dari pihak laki-laki mati; mendapat musibah, sakit, menderita. Bagian yang ini agak membingungkan, soalnya sudah disebutkan sebelumnya namun muncul kembali. Barangkali yang dimaksud disini soca batis (mata kaki).

 - Makedut ring soca kiwa, wesya teka, dusta paek, kadang luh pejah: Berkedut di mata kiri (mata kaki?), wesya datang, pencuri dekat. Terkadang ada orang perempuan mati; menderita sakit, kena musibah.

 - Makedut ring cikut tengen, ayu:  Berkedut di cikut kanan, pertanda baik. Sepertinya yang dimaksud cikut disini yaitu cikutan batis (tumit).

 - Makedut ring cikut kiwa, ala dahat: Berkedut di cikut kiri (tumit kiri?), pertanda buruk sekali.

 - Makedut ring slapakan batis, papendeman tinuncap: Berkedut di telapak kaki, papendeman (sarana ilmu hitam yang ditanam) dilangkahi. Kedutan pada telapak kaki, tidak hanya pertanda melangkahi papendeman, tetapi juga pertanda akan kena ilmu hitam yang ditanam meski tak sampai dilangkahi.

 Selain dari kedutan di atas, ada tambahan dari sumber lain. Yang ditulis terjemahannya saja, sebagai berikut:

 - Berkedut di kelopak mata kiri atas, pertanda akan mendapat kabar baik.

- Berkedut di kelopak mata kanan atas, pertanda akan sakit.

 - Berkedut di pipi kanan, pertanda akan timbul niat tidak baik dari teman jauh.

- Berkedut di bibir kanan atas, pertanda akan timbul perasaan baik, bahagia. Demikian pula berkedut pada bibir tengah, pertanda akan mendapatkan hal baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun