Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maha Shivaratri dan Kisah Pemburu dalam Siva Purana

14 Januari 2015   03:04 Diperbarui: 8 Januari 2016   07:06 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah serupa juga ditemukan dalam kitab Siva Purana, namun ada perbedaan pada bagian akhir cerita. Sang pemburu dalam Siva Purana bernama Gurudruha, kemudian dikenal sebagai Guha, sang Raja Pemburu, sahabat bhatara Rama. Kisah lengkapnya sebagai berikut:

Para Rsi bertanya: Wahai Suta, oleh siapa dan apakah ini sangat baik dilakukan sebelumnya? apakah manfaat yang sangat baik diperoleh oleh setiap dengan melakukan tanpa pengetahuan penuh?
Rsi Suta berkata :

Semoga ini benar, hai orang bijak. Aku akan menceritakan kisah kuno dari seorang pemburu yang menghancurkan semua dosa. Sebelumnya ada seorang pemburu di hutan. Dengan nama Gurudruha. Dia memiliki keluarga besar. Dia kuat, kejam dan terlibat dalam berbagai kegiatan kejam.

Setiap hari ia biasa pergi ke hutan dan itu dilakukan tanpa henti dan ia banyak membunuh rusa. Ada di hutan dia juga melakukan pencurian dalam berbagai cara. Tidak ada tindakan yang baik yang dia lakukan dari masa kanak-kanak dan seterusnya. Orang jahat ini melewati waktu yang lama di hutan.

Saat itu adalah hari Sivaratri. Pemburu jahat, tinggal di hutan besar tidak tahu akan hari itu. Pada saat itu ia diminta oleh orang tuanya dan istrinya yang tersiksa oleh rasa lapar, “Oh sang pengembara hutan beri kami makanan”. Jadi atas permintaan itu dia mengambil busur dan segera mulai berburu rusa. Di hutan ia berkeliaran kesana kemari.
Karena nasib buruk tidak ada satu pun buruan yang ia dapat. Matahari juga bersiap terbenam dan ia merasa sangat tertekan. “Apa yang harus aku lakukan, kemana aku harus pergi? Tidak ada yang aku peroleh. Apa yang akan terjadi pada orang tua dan anak-anakku di rumah? Lalu apa yang terjadi pada istriku. Apa yang akan terjadi padanya? Aku harus pulang hanya jika aku membawa sesuatu dengan tangan ini. Mana mungkin untuk menemui mereka dengan tangan kosong.” Berpikir demikian, pemburu pergi ke dekat genangan air. Dia berdiri di dekat jalan menuju air.

“Beberapa hewan pasti datang ke sini aku akan membunuhnya dan pulang dengan bahagia. Tujuanku akan tercapai sepenuhnya”. Berpikir demikian pemburu memanjat pohon Bilva, minum beberapa teguk air. Dia duduk di cabangnya.

Rasa lapar dan haus mulai membuatnya sengsara, dia menunggu dan berpikir, ”Kapankah beberapa hewan itu akan datang kesini, kapan aku akan bisa membunuhnya?” Selama malam itu seekor rusa yang merasa haus datang ke genangan air itu dan melompat di depannya. Melihat itu ia sangat senang. Dia arahkan anak panahnya ke busurnya segera untuk membunuhnya.

Ketika dia melakukan ini, air (yang sempat ia bawa) tumpah dan beberapa daun dari pohon bilva jatuh. Ada lingga Dewa Siva di bawah pohon itu. Mulai sejak itu, ini menjadi ibadah untuk bagian pertama malamnya. Sebagai hasil dari dosanya dibebaskan.

Saat mendengar kebisingan di atasnya, rusa menjadi ketakutan dan sangat tertekan saat melihat pemburu. Lalu ia berbicara. Rusa berkata : “Wahai Pemburu, apa yang engkau inginkan untuk dilakukan? Silahkan bicara sebenarnya di depanku”. Mendengar kata-kata dari rusa, Pemburu itu berkata, “Keluargaku kelaparan hari ini aku akan memuaskan rasa lapar mereka dengan membunuhmu.” Mendengar kata-kata yang mengerikan dan melihat sebuah benda tajam yang mengerikan, rusa itu berpikir “Apa yang harus aku lakukan kemana aku harus pergi? Nah, saya akan menggunakan trik,”pikir rusa dalam hati.

Rusa berkata :
Tidak ada keraguan bahwa aku diberkati. Engkau akan senang dengan dagingku. Apa manfaat yang lebih besar yang dapat saya miliki melalui tubuh ini dimana segala begitu menyakitkan? Adalah sebuah hal yang mustahil untuk menulis dengan panjang lebar atas jasa orang yang membantu orang lain bahkan jika kita mengambil waktu seratus tahun. Tapi semua anak-anak saya yang masih bayi berada di pertapaan. Aku akan menaruh mereka ke perawatan adikku atau suami lalu kembali kesini.

Wahai pengelana hutan, jangan menganggap kata-kataku ini kebohongan. Tidak diragukan lagi aku akan datang kembali kepadamu. Bumi tetap setabil melalui kebenaran. Laut stabil melalui kebenaran. Air mengalir terus melalui kebenaran. Semuanya didasarkan pada kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun