Mohon tunggu...
Merry Gabriella
Merry Gabriella Mohon Tunggu... Freelancer - Let's Write and Share

Blogger | Art n Craft Lover | Freelancer | Ex Full Time Employee of Various Types of Business Entities

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prof. Dr. Ir. Duma Hasan, DEA Dalam Kenangan

21 April 2020   23:37 Diperbarui: 20 Mei 2020   10:12 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papa dan Mama | Dokumentasi Silvani Duma

Memang sedari kecil papa sudah bercita-cita menjadi seorang guru. Cita-cita inilah yang terus dikejar oleh papa karena sudah menjadi panggilan jiwanya. Tidak bisa ditawar-tawar lagi. Terbukti, setelah terealisasi, seumur hidup dijalankannya dengan penuh dedikasi.

Papa memeluk agama Islam dan sungguh-sungguh menjalankan ajaran agamanya.

MASA PACARAN, MENIKAH, DAN BERKELUARGA

Seorang wanita sederhana, lembut, dan kuat, mampu mengimbangi enerjiknya papa semasa hidupnya, adalah Ibu Sherly Duma yang sehari-hari kami panggil mama. Mama beragama Katolik.

Papa dan mama saling kenal setelah dijodoh-jodohkan oleh Opa Bubun dan Tante Lien Nio. Tante adalah sepupu mama. Saat itu mama masih sangat muda (belum genap 20 tahun) dan juga sudah memiliki pacar. Sementara papa jauh lebih tua dari mama dengan perbedaan usia 19 tahun. 

Menurut oma (mama dari mama), mama tidak mau dikenalkan atau lebih tepatnya djodohkan dengan papa. Para mak comblang ini berusaha keras agar mama mau menerima papa bahkan seringkali oma datang ke rumah Keluarga Bubun untuk berkeluh kesah sampai menangis karena sikap mama yang tidak mau menjalin hubungan dengan papa.

Saat anak-anak Keluarga Bubun berkunjung ke rumah waktu Lebaran tahun 2018, kembali mengenang cerita masa PDKT dan pacaran itu menjadi topik pembicaraan super seru. Papa sendiri yang bercerita bahwa saat itu ada 2 orang yang menjadi “kandidat” untuk didekati. Setiap kali Opa Bubun dan papa keluar rumah, Tante Lien Nio pasti menanyakan mereka mau ke mana. 

Dan jika tante mengetahui bahwa opa Bubun dan papa pergi ke rumah si kandidat yang satu yang notabene saingan mama, beliau menjadi sangat marah karena beliau ingin papa pergi kerumah mama. Saking seringnya papa berkunjung ke rumah Keluarga Bubun di daerah Karuwisi (Jalan Perintis Kemerdekaan), beberapa kali kaca spion mobil papa dicuri orang. Pada waktu itu daerah tersebut masih sepi dan rawan. Papa dan opa sangat akrab. Semasa hidupnya Opa Bubun adalah seorang guru sekolah yang juga sangat berdedikasi tinggi.

Menurut oma, hampir setiap malam papa lewat di depan rumah oma dan saat mendekati rumahpPapa sengaja membunyikan mobil dengan suara keras agar menarik perhatian. Saat mendengar itu, biasanya oma yang keluar dan melihat bahwa papa lewat di depan rumah. Lalu oma mendatangi mama dan bilang, “eh Duma tadi lewat didepan rumah”…mama cuma merespon dengan “yah biar saja dia lewat. Itu kan jalan umum”…oma kembali bertanya “kamu tidak kasihankah?” 

Namun mama tetap tidak bergeming. Oma selalu menasihati mama bahwa jangan pernah menilai seseorang dari penampilan luarnya. Mungkin saja papa bukan orang yang ganteng tetapi kata oma, kebaikan hatinya yang perlu dilihat. Tentunya, seiring waktu berjalan akan nampak juga.

Sampai suatu pagi, papa datang mengantarkan sesuatu dan di saat bersamaan mama juga akan berangkat kerja. Mama bekerja sebagai karyawan di Studio Foto di Jalan Irian. Oh iya, mama terpaksa tidak meneruskan pendidikannya ke jenjang kuliah karena keterbatasan biaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun