Mohon tunggu...
Merritt Waromi
Merritt Waromi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bagi Cerita dan Informasi dari Tanah Papua

Saya seorang Wiraswasta dan saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Lika -liku Perjalanan Papua Mewujudkan Ambisi Jadi Tuan Rumah PON XX

30 Juli 2021   19:07 Diperbarui: 30 Juli 2021   20:30 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu setelah dilantik sebagai gubernur Provinsi Papua pada April 2013, sebuah misi besar langsung digagas oleh Lukas Enembe bersama wakilnya, Klemen Tinal. Tidak tanggung-tanggung, mereka mencanangkan pencalonan Papua sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional ke XX tahun 2020. Sebuah misi yang rasanya ketinggian. Bagaimana mungkin sebuah daerah seperti Papua yang miskin sarana dan prasarana olahraga mampu menggelar event olahraga akbar seperti PON?

Rupanya Enembe tidak bercanda. Sebagai langkah awal, pada 29 April 2013, ia menghadap ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga atasannya di partai Demokrat. Kepada SBY, Enembe mengutarakan niat, meminta restu, sekaligus menyatakan kesiapan daerahnya menjadi tuan rumah PON 2020. Berikutnya, Komite Olahraga Nasional (KONI) Papua yang dipimpinnya mulai bergerilya, road show ke daerah lain, melobi KONI setempat. Hasilnya tidak sia-sia, Papua mengantongi dukungan 24 KONI Daerah.

Kampanye Papua sebagai tuan rumah PON sungguh serius, digelar di Bundaran Hotel Indonesia (HI), bertepatan dengan Pesta Emas 50 Tahun Provinsi Papua bertajuk Soul of Papua pada Minggu, 5 Mei 2013. Acaranya berlangsung meriah, dihadiri para artis dan olahragawan asal Papua. Ada juga pertunjukan tari-tarian asli Bumi Cenderawasih seperti yosim pancar, sajojo, dan sebagainya.

Gubernur Enembe bahkan mengundang Menteri Sekretaris Negara Dipo Alam, koleganya di partai Demokrat. Menteri Dipo didaulat melepas balon ke udara sebagai simbol soft launching Papua Menuju Tuan Rumah PON 2020. Tentu saja, kehadiran Dipo sangat penting, dimaknai "restu" Susilo Bambang Yudhoyono.

Povinsi Papua kemudian secara resmi mendaftarkan diri sebagai calon tuan rumah PON 2020 ke KONI Pusat pada hari Senin, 25 November 2013. Banyak pesohor Papua turut serta dalam aksi jalan kaki ke kantor KONI Pusat. Selain Gubernur Enembe, ada pula Staf khusus presiden Felix Wanggai, Ketua Majelis Rakyat Papua Timotius Murib, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Papua Deerd Tabuni, dan para pimpinan SKPD (Satuan Perangkat Kerja Daerah) Provinsi Papua. Tokoh lainnya, semisal Bupati Merauke Romanus Mbaraka, Bupati Lani Jaya Befa Yigibalom, Wakil Bupati Jayawijaya John R. Banua.Sementara, Walikota Benhur Tomi Mano mengutus Asisten II Setda Kota Jayapura Otniel Meraudje.

               

Di kantor KONI Pusat, rombongan Papua disambut Wakil Ketua Umum III KONI Pusat Inu K. Nugroho, yang juga wakil ketua tim penjaringan KONI Pusat untuk PON XX Tahun 2020. Nugroho mengapresiasi keseriusan Papua sebagai tuan rumah PON. Menurutnya, itu dibuktikan dengan dicatatkannya Papua sebagai pendaftar pertama. Pensiunan Tentara Nasional Angkatan Udara (TNI AU) ini juga menyebut hal ini sebagai simbol Papua bagian tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemimpin rombongan, Lukas Enembe, di depan tim penjaringan menyatakan, daerahnya sangat siap dan mendapat dukungan masyarakat untuk menjadi tuan rumah PON."Saat ini adalah hari yang bersejarah. Untuk pertama kalinya Papua mencalonkan diri sebagai rumah PON tahun 2020. Ini adalah keinginan dari masyarakat Papua," kata Enembe.

Tuan rumah PON, menurut Enembe, merupakan salah satu hak sebagai bagian dari Bangsa Indonesia."PON di Papua bernilai strategis dan sekaligus mempertegas kebersamaan masyarakat Indonesia dari Aceh sampai Papua," tambahnya.

Adalah Yusuf Yambe Yabdi, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua saat itu, diamanahkan menjadi Ketua Tim Pemenangan Papua Tuan Rumah PON XX. Tugas awalnya, membawa Papua di posisi tiga besar dari enam kandidat. Papua punya lima pesaing yaitu; Jawa Tengah, Bali, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Yambe Yabdi dan tim akan berupaya meyakinkan 34 KONI Provinsi dan 60 Pengurus KONI Pusat serta pemilikhak suara lainnya.

Pada puncak Rapat Tahunan (RAT) KONI yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), 11 Maret 2014, Papua benar-benar membuat kejutan. Di tahap ini, tiga daerah tersingkir, yakni sang favorit Jawa Tengah (28 suara), Sumatera Utara (27), dan Sulawesi Selatan (23). Papua berada di posisi pertama meraup 66 suara. Dengan demikian, Papua resmi menjadi calon tetap tuan rumah PON 2020 yang akan diajukan kepada Pemerintah Pusat. Papua masih akan bersaing dengan Bali dan Aceh yang masing-masing kebagian 44 suara.

Menurut Yusuf Yambe Yabdi, ketika itu, kunci kemenangan Papua melaju ke tiga besar tak lepas dari keberhasilan timnya meyakinkan para pemilik hak suara lewat verifikasi faktual yakni kesiapan 65 persen venue. Keseriusan dibuktikan dengan dimulainya pembangunan Mimika Sport Center di Timika yang dapat menggelar sembilan (9) cabang olahraga. Mimika Sport Center merupakan buah kerja sama Pemprov Papua dengan PT. Freeport Indonesia. Ini hal berbeda yang dikampanyekan para kompetitor yang lebih mengutamakan pemaparan lewat tampilan desain visual, terkesan semu.

Hari bersejarah itu pun tiba. Jumat, 4 April 2014, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga akhirnya memberi restu kepada Papua sebagai tuan rumah penyelenggaran PON XX 2020. Keputusan itu tertuang dalam surat Menteri Pemuda dan Olahraga bernomor 0110 tahun 2014.

"Papua dipilih mayoritas suara dalam RAT KONI 2014, ini merupakan dasar pertimbangan mengapa memilih provinsi tersebut menjadi tuan rumah," kata Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi dan Olahraga Kemenpora Djoko Pekik Irianto kala itu.

"Pertimbangan lainnya, pemerintah berupaya agar PON menjadi salah satu event yang dapat mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah. Sehingga semua daerah mendapatkan peluang yang sama menjadi tuan rumah," sambung Pekik.

"Dari hasil laporan tim verifikasi, kami juga mendapatkan data dan informasi mengenai kesiapan masing-masing calon. Kami menilai, Papua yang paling siap. Ini keputusan kolektif pemerintah, jadi bukan hanya keputusan sepihak dari Kemenpora saja," jelasnya.

Dalam kalender KONI, dijadwalkan PON XX 2020 Papua dibuka pada 23 Oktober 2020. Itu artinya Papua diberi waktu kurang lebih enam tahun untuk bersiap. Suatu rentang waktu yang pastinya akan terasa singkat bagi sang tuan rumah.

Sejak ditetapkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XX, Provinsi Papua langsung tancap gas. Panitia Besar (PB) PON dibentuk, dikomandani langsung oleh Gubernur Enembe. Tokoh Papua lainnya, Yunus Wonda, yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) dipercayakan menduduki posisi Ketua Harian PB PON.

Selain Mimika Sport Center, proyek mercusuar berupa sebuah stadion sepak bola bertaraf internasional digarap di Kampung Harapan, Sentani, Kabupten Jayapura. Disusul rencana pembangunan sejumlah venue untuk cabang olahraga seperti tenis, hockey indoor dan outdoor, kriket, akuatik, istora, menembak, dan revitalisasi GOR Cenderawasih,dan lain sebagainya.

Tidak semudah yang dibayangkan. Akhir warsa 2019, rasa pesimisme akan kesanggupan Papua sebagai tuan rumah penyelenggara PON sempat menggunung. Kritik dan sorotan berdatangan dari berbagai penjuru. Situasi ini tak lepas dari kenyataan jika progres pembangunan sejumlah venue olahraga yang belum menggembirakan. Bahkan, beberapa di antaranya belum dibangun sama sekali. Belum lagi soal peralatan pertandingan yang jauh dari kata siap. Hal ini ditambah dengan isu-isu keamanan yang belum juga reda pasca kerusuhan di beberapa wilayah di Papua pada September 2019, buntut kasus rasisme yang dialami mahasiswa Papua di Jawa Timur.

Februari 2020, wacana berkembang, 10 cabang olahraga akan dipertandingkan di luar Papua. Panitia Besar (PB) PON 2020 Papua meradang. Yunus Wonda meminta semua pihak menghargai Papua sebagai tuan rumah "Jika pemerintah ingin menerapkan cara seperti ini, sebaiknya dilakukan pada PON berikutnya," tegas Wonda.

Dari sisi keamanan, ia menggaransi, Papua sangat aman. "Jangan percaya isu-isu yang beredar karena seluruh masyarakat Papua menjamin keamanan seluruh tamu yang akan datang di Bumi Cenderawasih," tandasnya.

Wakil Gubernur (Alm) Papua Klemen Tinal ikut pasang badan. Klemen menegaskan, seluruh pertandingan cabang olahraga harus dilaksanakan di Papua. "Saya mau tegaskan sekali lagi bahwa PON tetap di Papua, tidak ada di provinsi lain!"

  13 Februari 2020, Menpora Zainudin Amali terbang dari Jakarta ke Papua untuk pertama kalinya. Ia bermaksud meninjau perkembangan pembangunan venue. Dari hasil pantauannya, Menpora memastikan, Papua sangat siap menggelar PON. "Satu hal yang perlu saya sampaikan, melihat persiapan dari beberapa waktu ini, secara keseluruhan, Papua sudah sangat siap menjadi tuan rumah, jadi jangan ada keraguan lagi," jelasnya. Pernyataan Amali tersebut berhasil mendinginkan suasana.

Tapi badai belum berhenti. Di tengah gonjang-ganjing itu, nun jauh di Tiongkok, merebak wabah virus Corona. Virus yang kemudian menjadi momok di hampir seluruh belahan dunia, berdampak pada segala sendi kehidupan, termasuk olahraga. Sejumlah agenda-agenda besar olahraga harus ditunda, mulai dari kompetisi sepak bola hingga Olimpiade Tokyo 2020.

Indonesia termasuk negara yang harus bergelut dengan virus yang populer dan dikenal sebagai COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) ini. Konsentrasi terfokus pada penanganan Covid-19, anggaran lebih banyak dialihkan untuk sektor kesehatan dan bantuan sosial. Begitu massifnya kenaikan angka kasus positif Corona, hingga desakan untuk menunda event PON pun mengemuka. Keputusan ada di tangan Presiden Republik Indonesia.

Tok, setelah mendengar berbagai masukan, Presiden Joko Widodo akhirnya memutuskan menunda penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XX Papua 2020.Kepastian itu disampaikan Joko Widodo dalam rapat virtual kabinet, 23 April 2020. PON diundur setahun dari jadwal awal.

"Kita putuskan PON ditunda, dilaksanakan bulan Oktober 2021, harapan kita bersama, Papua benar-benar siap sebagai tuan rumah, baik venue maupun infrastruktur pendukung lainnya," kata Jokowi.

Keputusan ini ibarat napas baru untuk tuan rumah. Mewakili Pemerintah Provinsi Papua, Klemen Tinal menyatakan menerima amanat presiden tersebut. Ia mengaku, ini justru kesempatan Papua sebagai tuan rumah untuk mempersiapkan diri lebih baik.

"Jadi, PON mundur ini kesempatan bagi Papua, sisa waktu kita pakai untuk menyelesaikan hal-hal yang terkait dengan PON seperti venue maupun infrastruktur pendukung lainnya," kata Klemen yang juga hadir dalam rapat kabinet tersebut.

Klemen memastikan, penundaan ini murni karena wabah Corona, tak ada kepentingan lain. Oleh karena itu, ia meminta seluruh masyarakat Papua bisa menerima keputusan tersebut.

Menpora Zainudin Amali menjelaskan, pemilihan jadwal baru Oktober 2021 sudah dipertimbangkan matang. "April 2021 kita ada puasa dan lebaran, Mei-Juni ada Piala Dunia U-20, Juli-Agustus Olimpiade, dan bulan Desember Sea Games Vietnam," jelas Zainudin.

Titik balik dari rasa pesimisme akan kesanggupan Papua sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) tiba juga pada sekitaran September 2020. Itu setelah Panitia Besar PON merencanakan peresmian venue cabang olahraga, yang salah satunya Stadion Papua Bangkit, yang  berganti nama menjadi Stadion Lukas Enembe. Nama baru itu didedikasikan untuk Gubernur Papua sekarang sebagai tokoh yang berjasa membawa PON ke Tanah Papua.

Hari peresmian ditetapkan pada tanggal 21 Oktober 2020. Tanggal ini merujuk pada hari di mana seharusnya PON XX Papua 2020 dibuka sebelum dimundurkan setahun berselang. Panitia berencana menggelar pesta secara "wah". Diperkirakan, ada sekitar 35 ribu penonton yang akan mengisi bangku stadion.

Tapi persoalan kemudian muncul. Izin keramaian dari Kepolisian Daerah Papua (Polda) Papua tak kunjung terbit. Alasannya, terlalu berisiko membuat acara akbar itu di tengah wabah virus Corona. Apalagi, angka kasus di Kota dan Kabupaten Jayapura sedang tinggi-tingginya. Lewat diskusi alot, Polda bersikukuh dan merekomendasikan peresmian dilaksanakan secara virtual. Panitia peresmian pun menyerah.

Kapolda Papua Paulus Waterpauw dan ketua panitia peresmian Yunus Wonda meminta maaf kepada masyarakat luas atas perubahan konsep acara. "Keputusan ini tentu saja sangat dilematis, karena kami (kepolisian) juga mendukung dan menyemangati pelaksanaan PON. Tapi sesuai Maklumat Kapolri di masa pandemi saat ini, jadi kami menyarankan acara berlangsung virtual dan tanpa penonton," kata Waterpauw.

Acara disusun ulang, waktu pelaksanaan harus mundur dua hari dan digelar secara virtual. Masyarakat hanya bisa menyaksikan lewat jaringan internet dan stasiun televisi, Jumat 23 Oktober 2020.

Selain peresmian Stadion Lukas Enembe, diawali ibadah, ada sejumlah venue lain yang diresmikan hari itu, yakni Lapangan Lapangan Menembak Indoor Papua Bangkit, Lapangan Tembak Silas Papare, Gedung Olahraga STT GIDI Papua, Lapangan Baseball Marthen Indey & Lapangan Sofball Manuhua, Lapangan Baseball & Softball August Kafiar, Padepokan Bola Volley Waaja Nene Kapoka, Lapangan Tennis Wondalambu dan GOR Futsal Timika, serta Arena Akuatik Lukas Enembe.

Yang terakhir disebut merupakan kolam renang terbaik di Indonesia Timur. Dengan luas bangunan 17.733 m2 dan 1.772 tempat duduk single seat, arena renang ini telah bersertifikasi Federasi Renang Internasional (FINA). Sebelumnya, di Indonesia, hanya ada dua arena renang yang dapat menggelar event internasional, yaitu Arena Akuatik Gelora Bung Karno dan Sekolah Olahraga Ragunan. Dengan demikian, milik Papua menjadi yang ketiga.

PON XX Papua sendiri terbagi di empat cluster meliputi Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Timika, ditambah satu cluster penyangga yaitu Merauke. Ada 37 cabang olahraga bakal yang dipertandingkan.

Hari itu juga ditandai dengan hitung mundur 362 hari menuju PON XX. Hitung mundur ini dimaknai sebagai tanda kesiapan Papua menyelenggarakan PON. Dalam sambutannya, Gubernur Enembe mengakui perjalanan Papua sebagai tuan rumah PON penuh lika liku, banyak kendala, namun pihaknya tak patah semangat. Sekali lagi, ia menegaskan, PON di Papua tidak sekadar olahraga, tapi juga bagian penting sebagai pemersatu seluruh elemen bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Semoga dengan adanya stadion dan venue-venue megah bertaraf internasional ini, Papua bisa menciptakan atlet-atlet kelas dunia yang membawa kejayaan bidang olahraga untuk tanah ini," ucap Enembe.

Dalam momen itu, gubernur juga meresmikan nama baru Bandar Udara Sentani menjadi Bandara Dortheys Hiyo Eluay, peluncuran data Orang Asli Papua, dan peresmian Terminal Type B Waena Kota Jayapura.

Acara seremoni ini terasa begitu kental akan nuansa budaya Papua yang ditampilkan melalui pertunjukan tari kolosal yang diperagakan oleh ratusan penari yang terdiri dari gabungan anak sekolah dan para mahasiswa. Memeriahkan acara, hadir pula sejumlah musisi kondang Papua, seperti Nowela, Edo Kondologit, Trio Papua, dan Sanza Soleman.

Seluruh kegiatan hari itu dipungkasi dengan pertandingan eksebisi antara tim sepak bola PON Papua menghadapi salah satu favorit juara, Jawa Timur, yang dimenangi tuan rumah dengan skor 4-0. Sebelumnya, dalam pertemuan pertama, anak asuh Eduard Ivak Dalam juga menang tipis 1-0. 

Saat ini berbagai venue telah rampung dan satu venue di cluster Merauke di gadang-gadang menjadi salah satu sirkuit balap motor Perdana termegah di Indonesia wilayah timur.  

Siapkan dirimu 64 hari menuju PON XX. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun