TUGAS…
Kata tersebut tak asing lagi di telinga kita, apalagi dikalangan pelajar. Baik pelajar tingkat dasar, menengah pertama, menengah atas, bahkan sarjana sekalipun. Hampir setiap hari sebagai seorang pelajar ,kita harus berhadapan dengan tugas.Tugas bisa dalam bentuk apapun, bisa jadi teks tertulis, tugas wawancara, tuga membuat video, tugas membawa ataupun membuat sesuatu barang ,macam-macam lah bentuknya.
Yaa kalau tugasnya dikit dan bisa dikerjakan, kalau tidak? Otomatis, mau nggak mau semalaman bergelut dengan yang namanya tugas.
Tak jarang dalam satu hari kita mendapatkan tugas lebih sari satu mata pelajaran. Bahkan beberapa kali setiap mata pelajaran dalam satu hari mempunyai tugas semua. Tak mesti tugas itu enteng dan mudah dikerjakan dalam sekali waktu jadi, namun sering tugas dalam jumlah yang banyak dan sulit untuk dikerjakan
Entah kenapa, para pengajar seakan tidak tau ataupun tak mengerti bahwasannya tugas bukan dari mata pelajaran yang mereka ajarkan saja, namun dari semua mata pelajaran yang ada di sekolah ? Kalau sudah begitu, kini murid yang harus memutar otak untuk menyelesaikan semua tugas yang ada. Kalau semua tugas bisa dikerjakan sendiri dan bisa dikerjakan sih gak ada masalah, lha kebanyakan tugas tapi tak tahu cara mengerjakannya itulah yang repot. Seringkali hal ini lah yang merepotkan siswa. Mau dikerjain nggak bisa , kalau nggak dikerjain ya nggak dapet nilai. Serba salah bukan …
Tugas yang kapasitasnya besar kurang lebih akan menimbulkan beberapa dampak negative bagi siswa dan siswi selaku pelajar. Sebagai seorang manusia yang notabennya merupakan makhluk social, manusia setiap saat memerlukan interaksi dengan orang lain. Sama halnya dengan pelajar, namun karena tugas yang banyak sering kali mereka menghabiskan waktu hanya untuk menyelesaikan tugas yang ada dengan mengabaikan interaksi dengan orang lain, bahkan dengan orang rumah. Tugas yang banyak juga akan menimbulkan menurunnya ketertarikan seseorang untuk belajar di sekolah maupun perguruan tinggi. Dikarenakan, hal tersebut dapat menurunkan mood seseorang dalam mendengrkan suatu materi. Bagaimana tidak, semalaman mereka mengerjakan tugas ,tidur larut malam dan alhasil kurang tidur kemudian timbullah rasa kantuk yang berakibat pada sifat malas.
Tugas yang berlebihan juga akan memberatkan seseorang. Semestinya mereka dapat melakukan pekerjaan lain, sekedar bermain untuk melepaskan pikiran yang penat maupun untuk sekedar beristirahat.
Tak ada penghargaan !
Sebanyak-banyaknya tugas dari pengajar mau itu mudah ataupun sulit, sebgaai seorang pelajar pastinya berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Sampai larut malam bahkan tidak tidur pun dijalani untuk menyelesaikan tugas. Ada beberapa model pengajar yang ada di sekolah maupun perguruan tinggi. Ini yang sedikit membuat kita semangat maupun enggan mengerjakan tugas.
Tak semua pengajar yang ada, menghargai tugas yang telah kita kerjakan. Ada juga pengajar yang tidak menghargai tugas kita. Seringkali, kita yang capek-capek, pusing muter otak untuk ngerajain tugas eeeh ujung-ujungnya malah nggak dihargain. Syukur-syukur dikoreksi dan diberi nilai, dilihat aja tidak .
Hal ini salah satunya yang membuat pelajar malas-malasan dan menganggap enteng tugas yang ada. Bahkan cenderung mengabaikan, dengan menyontek tugas yang telah dikerjakan temannya.
Tujuan di balik adanya tugas
Ada gula ada semut, ada madu ada lebah begitu juga dengan tugas, ada sisi negative juga ada sisi positifnya.
Tugas banyak yang menjengkelkan dan memusingkan para pelajar ternyata mempuyai tujuan tertentu. Seorang pengajar memberikan tugas kepada muridnya bukan tanpa alasan. Didalam tugas tersebut ada tujuan-tujuan tersendiri bagi murid. Dengan adanya tugas, pengajar mengharapkan murid murid lebih memahami dan mengerti mengenai materi pembelajaran yang telah diberikan. Dengan begitu, pengajar memaksa murid untuk mau belajar, sehingga mereka lebih mengerti .
Tak hanya itu, dengan adanya tugas diharapkan siswa dapat belajar bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan. Melatih siswa untuk memprioritaskan sekolah dibandingkan dengan kegiatan yang kurang bermanfaat . Disamping itu, tugas juga membantu siswan untuk mwngatasi masalah dengan mencari jawaban atas kesulitan pada tugas yang dberikan.Siswa belajar management waktu, bagaimana caranya agar tak hanya tugas yang dapat diselesikan namun kegiatan lain yang juga bermanfaat dapat tetap dijalankan tanpa mengesampingkan tugas.
Dengan begitu, tugas yang ada dapat memberikan banyak manfaat untuk siswa , baik menyiapkan siswa untuk lebih memahami dan siap untuk pembelajaran selanjutnya maupun manfaat membangun softskill siswa dalam membangun rasa tanggung jawab juga belajar mengatur waktu.
Kesimpulan
Tugas bagi seorang pelajar tak selamanya menjadi momok. Tugas juga dapat menajdi pendorong seorang pelajar menjadi yang lebih baik. Namun, yang harus diperhatikan adalah tugas itu sendiri, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tugas yang baik adalah tugas yang tidak membebani pikiran siswa, namun tugas yang mendorong siswa untuk lebih berpikir kreatif dan inovatif.
Tak perlu memberikan tugas yang terlalu banyak dan terlalu sulit, karena pada intinya tugas untuk mempermudah siswa dalam menyerap materi pembelajaran. Jika terlalu banyak otomatis akan menyita waktu. Tugas yang diberikan sebaiknya sesuai, dalam arti sesuai dengan kemampuan siswa , sesuai bukan berati terlalu mudah yaa. Namun selaras dengan kemampuan siswa tanpa menghilangkan tantangan dan kemampuan kreatif serta inovatif siswa.
Penghargaan bagi siswa tak kalah pentingnya. Sekedar memeriksa tugas siswa, dengan reward pemberian nilai, itu akan menjadi pemacu siswa dalam mengerjakan tugas. Sekaligus hal ini tidak membuat siswa kecewa , walaupun pada dasarnya tugas tersebut bermanfaat untuk siswa sendiri ,namun tak ada salahnya memberikan reward bagi siswa.
So, bagaimana menurut kalian , apakah tugas itu penting ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H