"Hati-hati ya kak". Kataku spontan karena mengkhawatirkan keadaannya di jalan karena ia terlihat sangat buru-buru.
"Iya mbak, terima kasih." Dengan sedikit senyum ia berbalik badan menjawabku sebentar.
"Iya kak." Jawabku singkat sambil memperhatikannya menghidupkan motor miliknya.Â
"Mari mbak, terima kasih banyak ya mbak." Katanya lagi dengan sangat ramah  sebelum benar-benar pergi meninggalkan saya.
Kurir itu kemudian langsung pergi dan saya kembali masuk ke dalam rumah.
Kebahagiaan dapat saya peroleh dengan cara yang sederhana bersama kurir JNE. Bagi kalian yang membaca tulisan ini mungkin akan menganggap bahwa cerita itu hanyalah cerita receh yang tidak perlu dibagikan melalui tulisan seperti ini. Iya, memang benar cerita itu sangatlah biasa, tetapi tidak dengan perasaanku.Â
Tidak tahu mengapa perasaan senang dan tentram sebagai definisi kebahagiaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, saya rasakan saat itu. Mungkin ini berkaitan dengan keikhlasan saya berbagi. Saya tidak memberikan uang pada kurir itu, tetapi yang saya bagikan adalah perhatian.Â
Ucapan "hati-hati ya kak" itu adalah ucapan yang spontan saya berikan karena melihat ia sangat terburu-buru. Saya hanya kuatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan karena ia ceroboh. Perasaan bahagia juga saya rasakan ketika si kurir itu mengucapkan terima kembali kepada saya dua kali dengan wajah berseri-seri sebagai tanda bahwa di juga bahagia ketika diperhatikan dan dicemaskan oleh orang lain.
Jadi jika diminta untuk mendefinisikan kesederhanaan bahagia, saya akan mendefinisikan begini: Bahagia itu sederhana, sesederhana saya mengucap kata "hati-hati ya kak" dan saya menerima kembali ucapan "terima kasih mbak".
Kebahagiaan saya berikutnya adalah kebahagiaan yang saya rasakan ketika saya mempunyai ide tulisan untuk menulis karena JNE dan Kompasiana.
Kebingungan untuk memilih tema atau kebingungan memulai menulisnya dari mana tak jarang dirasakan oleh penulis pada umumnya. Apalagi untuk seseorang yang baru menyukai dan mencintai dunia tulis-menulis seperti saya. Seperti yang terlihat pada tulisan-tulisan saya sebelumnya di Kompasiana, sahabat Kompasiana bisa tahu dan menilai bahwa saya adalah seseorang yang baru saja belajar menulis. Saya kehabisan ide untuk menulis. Tulisan saya hanya puisi, itupun masih jauh dari kata kata baik. Â