Tulisan saya kali ini bukan cerpen bukan juga puisi. Ini adalah tulisan cerita kebahagiaan saya dan segala kesederhanaannya.
"BAHAGIA ITU SEDERHANA."
Kalimat singkat ini sering saya dengar dan sering juga saya baca di berbagai tulisan atau caption di media sosial.
Kalimat "bahagia itu sederhana" memiliki makna dan bahkan mampu membuat atau menghipnotis siapapun yang membaca untuk menyadari bahwa kebahagiaan memang bukanlah sesuatu yang sulit untuk didapatkan.Â
Sesederhana kalimat "bahagia itu sederhana" cerita kebahagiaan yang akan saya bagikan juga sangatlah sederhana.
Cerita kebahagiaan saya yang pertama dalam tulisan saya kali ini masih berhubungan dengan tulisan artikel sebelumnya dengan judul "Bahagia itu Bersyukur." Jika belum baca tulisan terebut, sahabat Kompasiana boleh baca nanti setelah membaca artikel saya ini.
Apa yang saya syukuri sehingga menjadikan saya harus bahagia setiap hari?
Jadi saya punya kebahagiaan yang mendasar adalah saya punya prinsip bahwa "selama saya masih bisa menghirup dan menghembuskan nafas, selama itulah saya bahagia. Karena menurut saya, jika kita tidak ada nafas tidak ada kehidupan.Â
Tidak ada kehidupan itu berarti tidak akan kita temukan berbagai jenis kebahagiaan-kebahagiaan yang lain selama saya hidup di dunia. Walaupun dalam hidup saya, selalu ada kesedihan karena kegagalan atau kekecewaan, saya selalu punya alasan untuk tetap bahagia karena itu. Kesempatan hidup itulah kesempatan untuk kita menemukan banyak kebahagiaan.Â
Karena saya masih hidup, sekarang saya jadi lebih memahami bahwa di dalam hidup tidaklah selalu membahagiakan. Masalah-masalah hidup yang saya hadapi hanyalah bagian dari proses hidup saya. Masalah ada untuk mendewasakan saya atau menjadikan saya menjadi lebih baik. Jadi saya harus bersyukur atas kesedihan karena kegagalan yang pernah saya alami karena darinya saya mendapat pelajaran untuk menjadi berhasil.Â
Bagaimana dengan sahabat Kompasiana, masihkah anda punya alasan untuk tidak bahagia setiap hari? Saya harap kalian semua juga sadar akan hal itu.
Oke kita lanjut yah.
Karena kesempatan hidup itu juga saya punya pengalaman kebahagiaan bersama orang sederhana dalam situasi yang sederhana juga, seperti cerita singkat saya dengan seorang kurir JNE.
Jadi beginilah ceritanya.
Saat saya sedang duduk santai membaca, seperti biasa terdengar suara yang yang memanggil pertanda bahwa ada kurir JNE di depan gerbang yang mengantar paket.
"Paket." Teriak kurir itu setelah setelah beberapa kali memanggil tapi saya belum dengar.
"Iya kak. Sabar ya!" Jawabku sambil melangkahkan kaki menghampirinya yang berdiri beberapa menit di depan gerbang.
"Ini mbak ada paket. Apa benar ini paket milik ibu Lila?" Tanya kurir itu ketika saya sudah berhadapan dengannya.
"Oh iya benar." Jawabku singkat.
Tidak ingin berlama-lama, kurir itu langsung menyerahkan paketnya kepada saya.
"Terima kasih ya kak." Kata saya.
"Iya mbak, sama-sama."
Saat saya menerima paket itu, sepintas saya lihat di atas motornya masih banyak paket yang harus diantaranya. Jadi tidak heran, setelah memberikan paket tersebut kepada saya, ia langsung tergesa-gesa berbalik badan ingin meninggalkan saya.
"Hati-hati ya kak". Kataku spontan karena mengkhawatirkan keadaannya di jalan karena ia terlihat sangat buru-buru.
"Iya mbak, terima kasih." Dengan sedikit senyum ia berbalik badan menjawabku sebentar.
"Iya kak." Jawabku singkat sambil memperhatikannya menghidupkan motor miliknya.Â
"Mari mbak, terima kasih banyak ya mbak." Katanya lagi dengan sangat ramah  sebelum benar-benar pergi meninggalkan saya.
Kurir itu kemudian langsung pergi dan saya kembali masuk ke dalam rumah.
Kebahagiaan dapat saya peroleh dengan cara yang sederhana bersama kurir JNE. Bagi kalian yang membaca tulisan ini mungkin akan menganggap bahwa cerita itu hanyalah cerita receh yang tidak perlu dibagikan melalui tulisan seperti ini. Iya, memang benar cerita itu sangatlah biasa, tetapi tidak dengan perasaanku.Â
Tidak tahu mengapa perasaan senang dan tentram sebagai definisi kebahagiaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, saya rasakan saat itu. Mungkin ini berkaitan dengan keikhlasan saya berbagi. Saya tidak memberikan uang pada kurir itu, tetapi yang saya bagikan adalah perhatian.Â
Ucapan "hati-hati ya kak" itu adalah ucapan yang spontan saya berikan karena melihat ia sangat terburu-buru. Saya hanya kuatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan karena ia ceroboh. Perasaan bahagia juga saya rasakan ketika si kurir itu mengucapkan terima kembali kepada saya dua kali dengan wajah berseri-seri sebagai tanda bahwa di juga bahagia ketika diperhatikan dan dicemaskan oleh orang lain.
Jadi jika diminta untuk mendefinisikan kesederhanaan bahagia, saya akan mendefinisikan begini: Bahagia itu sederhana, sesederhana saya mengucap kata "hati-hati ya kak" dan saya menerima kembali ucapan "terima kasih mbak".
Kebahagiaan saya berikutnya adalah kebahagiaan yang saya rasakan ketika saya mempunyai ide tulisan untuk menulis karena JNE dan Kompasiana.
Kebingungan untuk memilih tema atau kebingungan memulai menulisnya dari mana tak jarang dirasakan oleh penulis pada umumnya. Apalagi untuk seseorang yang baru menyukai dan mencintai dunia tulis-menulis seperti saya. Seperti yang terlihat pada tulisan-tulisan saya sebelumnya di Kompasiana, sahabat Kompasiana bisa tahu dan menilai bahwa saya adalah seseorang yang baru saja belajar menulis. Saya kehabisan ide untuk menulis. Tulisan saya hanya puisi, itupun masih jauh dari kata kata baik. Â
Saya bahagia dan bersyukur ada Kompasiana yang menjadi sarana untuk saya belajar menulis dan sebagai media atau sarana untuk saya menemukan amunisi-amunisi dalam menulis. Salah satunya adalah saya jadi punya tulisan ini karena Kompasiana bekerjasama dengan JNE mengadakan event untuk menceritakan kebahagiaan dengan tema"3 Dekade Bahagia Bersama."Â
Untuk itu, saya sangat berterima kasih kepada Kompasiana dan JNE karena pengadaan event ini secara tidak langsung telah berdampak baik untuk saya dan banyak orang. Bukan hanya hadiah yang akan kalian bagikan kepada yang pantas mendapatkan,  tetapi lebih dari itu secara tidak langsung kalian sudah membagikan ilmu kepada banyak orang diluar sana khususnya kepada saya, bahwa hal-hal yang sederhana dalam kisah keseharian saya, ternyata bisa dijadikan karya tulis.Â
Bahagia itu sederhana ketika saya tahu bahwa semua hal yang terjadi dalam keseharian hidup kita bisa dijadikan tema untuk menghasilkan karya tulis.Â
Sederhana bukan?
Kemudian yang menjadi akhir dari cerita bahagia yang ingin saya bagikan ini adalah Kebahagiaan saya ketika saya mengetahui bahwa ada orang yang luar biasa seperti kalian yang mau mengunjungi dan membaca artikel saya sampai sejauh ini. Untuk itu saya ingin berterima kasih kepada sahabat Kompasiana karena itu. Saya juga berharap semoga dengan artikel saya ini bisa memberi dampak baik untuk saya dan sahabat semua.Â
Bersama-sama kita menyadari bahwa bahagia itu sederhana dan bersama kita juga saling berbagi kebahagiaan walaupun itu dengan cara yang sederhana serta bersama-sama kita semua hidup lebih bersyukur agar kita selalu bahagia.
#jne #jne30tahun
#connectinghappines
#30tahunbahagiabersa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H