Mohon tunggu...
Merita Dewi
Merita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Amatiran

Tak perlu terlalu terang, cukup terus menyala dan tak kunjung padam

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Buru-buru Operasi Ulang, Bekas Jahitan Melahirkan SC yang Terbuka dapat Diatasi dengan Perawatan Mandiri Seperti Ini

9 April 2024   08:57 Diperbarui: 9 April 2024   09:05 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan hal yang baru lagi bagi seorang ibu yang sehabis proses melahirkan anak dengan jalan operasi atau SC (Sectio Caesarea) mendapati bekas jahitannya terbuka. 

Hal ini ditandai dengan infeksi pada bekas jahitan tersebut hingga mengeluarkan nanah dan lama kelamaan seperti mengikis kulit. 

Umumnya permasalahan terbukanya bekas jahitan operasi ini disebabkan oleh bakteri, kondisi yang lembap atau kurangnya menjaga kebersihan di sekitar area tersebut, dan bisa jadi kulit kita yang rentan tidak menerima atau tidak tahan oleh perlakuan jahitannya maupun bahan-bahan yang digunakan misalnya seperti pada benang jahitnya.

Seringkali operasi jahit ulang menjadi pilihan tercepat yang disarankan sebagai solusi untuk mengatasi masalah ini. 

Padahal ada alternatif lain yang juga cukup solutif dan lebih minim resiko dibandingkan dengan operasi jahit ulang, hanya saja membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama. 

Alternatif tersebut ialah perawatan mandiri secara rutin setiap harinya seperti halnya merawat luka.

Panik mengalami bekas jahitan SC terbuka, langsung dirujuk operasi jahit ulang

Subjek yang mengalami permasalahan terbukanya bekas jahitan SC dalam tulisan ini adalah saya sendiri, seorang ibu baru berusia 27 tahun yang melahirkan anak di tahun 2023 melalui proses persalinan SC Eracs. 

Operasi Eracs ini digadang-gadangkan lebih baik dari operasi sesar biasa dengan masa recovery atau pemulihan yang lebih cepat. Dan benar saya merasakannya sendiri, 3 jam setelah keluar dari ruangan operasi saya sudah dilatih untuk berbaring ke arah kanan kiri secara bergantian, 3 jam setelahnya latihan duduk, 3 jam kemudian lagi latihan berdiri dan berjalan. 

Berbeda dengan operasi sesar biasa yang baru boleh bergerak setelah 24 jam di ruang perawatan. 

Hal ini tentu saja menguntungkan dan sangat membantu, dimana para ibu yang baru melahirkan sebisa dan sesegera mungkin dapat melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) kepada anaknya demi terlaksananya pemberian ASI secara eksklusif. 

Berbeda dengan ibu-ibu yang menjalani persalinan normal yang hanya membutuhkan paling tidak satu jam setelah melahirkan sudah boleh bergerak. 

Pasca menjalani persalinan SC Eracs, semua berjalan seperti seharusnya. Saya diberikan obat untuk diminum juga melalui injeksi pada infus secara teratur, dapat bergerak dan beraktivitas sendiri sesuai waktu yang ditentukan, dibolehkan pulang ke rumah setelah dirawat inap selama 3 hari, dan bekas jahitan sudah menunjukkan tanda-tanda akan mengering.

Satu minggu setelahnya saat waktu kontrol tiba keadaan saya juga semakin menunjukkan kemajuan yang lebih baik, dilihat dari luar bekas jahitan perlahan seperti menjadi daging dan menyatu dengan kulit. 

Saya pun dapat berjalan dan beraktivitas normal seperti sebelum melakukan persalinan. Selain meminum obat-obatan yang diberikan dokter, saya juga banyak mengkonsumsi ikan gabus yang menurut kebanyakan orang bagus dan cepat untuk membantu proses penyembuhan luka bekas jahitan.

Lewat dari satu bulan persalinan, bekas jahitan operasi saya seperti basah dan mengeluarkan nanah juga agak berbau. Awalnya saya mengira tidak akan lama dan akan segera sembuh usai dibersihkan. 

Namun, setelah 3 hari hingga 1 minggu nanah yang keluar semakin bertambah kuantitasnya hingga merembes ke pakaian yang saya kenakan. 

Di bekas jahitan tersebut ternyata terbuka dan terlihat daging mulai terkikis lalu benang jahitnya tampak ke permukaan. 

Rasanya juga agak perih dan nyeri untuk bergerak apalagi untuk membungkuk dan berjalan. Saya pun mulai panik bukan kepalang, takut-takut terbukanya semakin melebar dengan cepat lantas seisi perut saya keluar dengan sendirinya. 

Keluarga pun jadi ikutan risau bahkan sampai kebingungan harus bagaimana menanganinya, pasalnya tidak pernah ada yang mengalami masalah pasca persalinan seperti yang terjadi pada saya saat itu.

Kemudian saya pergi ke klinik terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Benar saja, bekas jahitan operasi saya terkena infeksi yang kemungkinan disebabkan oleh bakteri. 

Luka tersebut pun dibersihkan sekenanya lalu saya mendapatkan rujukan untuk melakukan operasi jahit ulang di rumah sakit tempat saya persalinan sebelumnya.

 Dokter yang menangani persalinan saya pun menyetujui untuk mengoperasi ulang karena dianggap sebagai solusi yang lebih cepat, namun kali ini dengan metode sedikit berbeda yaitu benang jahit dilepas pasca operasi tidak menyatu dengan kulit seperti sebelumnya. Kembali saya terkapar menjalani opname di rumah sakit selama 3 hari lagi. 

Pasca operasi jahit ulang, kulit tidak tahan terhadap benang dan kembali infeksi

Inilah resiko yang dikhawatirkan ketika menjalani operasi jahit ulang, kulit tidak tahan terhadap benang yang digunakan dan kembali terjangkit infeksi. 

Saya mengalami hal itu, 3 hari menjalani perawatan di rumah sakit lukanya memang menunjukkan tanda-tanda akan sembuh dan tidak ada lagi nanah yang keluar. 

Tetapi setelah pulang ke rumah, nanah keluar lagi dan luka pun kembali basah. Bahkan saat kontrol dan pelepasan benang jahit tahap pertama, dokter yang menangani tidak mengatakan apa-apa saat melihat lukanya masih bernanah.

Keesokan harinya, titik-titik tempat keluarnya nanah semakin bertambah. Sebelum operasi jahit ulang hanya ada 1 titik, setelah operasi jahit ulang malah menjadi 6 titik ditambah dengan pembengkakan yang berisi gumpalan nanah tersebut. 

Bukan nyeri lagi yang saya rasakan, melainkan sakit yang berdenyut-denyut. Apalagi kondisi saya yang sedang menyusui secara langsung, dimana bayi saya kalau sudah rewel suka menendang-nendang ke arah perut. Duh, bukan main rasa sakitnya. 

Di tengah kondisi saya yang tampaknya malah tambah parah setelah operasi jahit ulang, saya pun kembali bertandang ke klinik terdekat itu lagi. 

Dokter yang tadinya merujuk saya untuk operasi jahit ulang prihatin dengan keadaan saya. Menurut analisisnya, kulit saya cukup rentan dan tidak tahan terhadap benang jahit yang digunakan. 

Beliau pun mengajak saya berikhtiar untuk melakukan perawatan mandiri rutin yang memakan waktu lebih lama dari operasi. Alternatif ini cukup membantu dibanding saya harus melakukan operasi lagi. OMG! Masa iya saya harus operasi sampai 3 kali?

Perawatan mandiri rutin infeksi bekas jahitan operasi

Perawatan mandiri ini sederhana sekali perlakuannya, tidak hanya untuk luka operasi melahirkan melainkan luka jahitan di bagian tubuh mana saja yang terkena infeksi. 

Intinya kita harus memiliki bahan-bahan yang diperlukan seperti antiseptik berupa alkohol atau bisa juga dengan betadine, kain kasa, plester, salep, dan kapas atau tisu.

Pertama-tama, bersihkan dahulu lukanya menggunakan kapas yang telah diberi antiseptik. 

Lalu, pencet atau tekan bagian titik-titik yang mengeluarkan nanah juga bagian yang terlihat bengkak hingga mengempes menggunakan kapas. 

Pastikan pula tangan kita bersih dan steril saat melakukan hal ini. Untuk awal-awal, bagian mengeluarkan nanah ini amat menyakitkan apalagi jika dilakukan oleh orang lain. 

Saya saja sampai teriak hebat dan menangis kencang saking tidak tahan dengan sakitnya.

Tahap selanjutnya, kembali membersihkan luka dengan kapas dan antiseptik lalu setelahnya oleskan salep biasanya diresepkan oleh dokter yang berfungsi mempercepat proses pengeringan. 

Kemudian tutup bagian luka yang telah dibersihkan menggunakan kain kasa steril yang direkatkan dengan plester. 

Usahakan jangan sampai terkena air agar tidak lembap. Lakukan tahap demi tahap perawatan mandiri ini secara rutin minimal 3 kali sehari yakni pagi, siang dan sore atau malam sebelum tidur. 

Jangan lupa untuk tetap mengkonsumsi obat antibiotik, vitamin, juga beragam jenis makanan yang mengandung protein.

Lebih kurang seminggu saya menjalani perawatan mandiri rutin ini dan luka bekas jahitan operasi saya akhirnya sembuh dari infeksi. 

Tidak ada lagi nanah yang keluar, benar-benar telah kering. Karena masih diselimuti perasaan was-was, saya melanjutkan perawatan mandiri tersebut hingga 2 minggu.

Sejujurnya, saya lebih menyukai cara perawatan luka dengan sederhana yang lebih ramah ini dibandingkan operasi yang bukannya menyembuhkan malah yang ada memperparah kondisi saya. 

Karena harus menjalani operasi jahit ulang itu, saya harus terbaring di rumah sakit tidak menyusui bayi saya selama 3 hari. Perasaan sedih bercampur sakit benar-benar membuat sesak di dada saya kala itu.

Terlepas dari itu semua, saya masih tetap bersyukur diberikan kesembuhan juga kekuatan meski banyak jalan yang ditempuh dan berliku-liku. 

Jika tidak begitu, saya tidak tahu bahwa sebenarnya saya mampu melaluinya dan tentu saja dengan berbagai dramanya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun