Mohon tunggu...
Fransiskus Batlayeri
Fransiskus Batlayeri Mohon Tunggu... Lainnya - Batlayeri.jr

Seorang perantau yang lahir dan besar di mabilabol, komplek kecil di Tengah kota Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang P Frans Lieshout, OFM "Si Gembala Orang Baliem"

31 Mei 2023   06:50 Diperbarui: 31 Mei 2023   08:06 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau yang dengan caranya tersendiri dia menguasai budaya ini dengan sangat mendalam. Ingatan yang kuat tentang budaya Baliem menjadikannya seorang imam yang bagi saya pribadi merupakan si Tua teladan pelayan pastoral sejati.

Cara yang paling unik yang saya dapatkan dari beliau adalah pengalaman bersama beliau ketika misa hari minggu di kapela-kapela sekitar kota wamena. Ada beberapa hal yang membuat saya terkesima secara pribadi. 

Yang pertama, ketika sampai di halaman kapela dengan mobil tuanya beliau turun dan langsung menyapa umat dengan bahasa daerah; lalu beliau akan  memberi salam dan bertanya kepada umat satu persatu, sedangkan saya ditugaskan untuk mengatur dan mempersiapkan alat-alat misa. 

Kepada anak-anak kecil beliau akan bertanya kepada mereka dala bahasa hubula: hat etaka sa? (namamu siapa?) kemudian si anak itu akan menjawab (misalnya) Melkias, lalu Tete melanjutkan dengan bertanya : Ukuluak a? (fam kamu apa?) Si melkias kemudian menjawab Huby. Tete kemudian langsung menyebut nama orang tuanya, nama kakeknya dan silimo (honai adatnya). 

Saat mengetahui nama dan 'fam' mereka maka tete langsung akan teringat tentang siapa orang tua dari anak itu, siapa kakek dari anak itu dan asalnya dari honai di kampung mana? Hebatnya lagi tete akan menceritakan pengalamannya bersama dengan orang-orang yang dia kenal tersebut.

 Ia  sungguh benar-benar masuk dalam kehidupan orang Baliem. Ini baru satu contoh yang luar biasa; masih banyak cerita hebat yang beliau lakukan dan kita bisa mengetahuinya dari orang-orang tua. Tete Frans sungguh hadir untuk dan bersama umat dalam kehidupan dan seluk-beluk mereka.

Yang kedua, beliau menyapa umat dalam perayaan ekaristi sering kali dengan bahasa daerah walaupun tidak menggunakannya secara penuh. Sapaan ini membuat umat merasa sungguh-sungguh disapa oleh gembala mereka. 

Firman yang hendak disampaikan kepada mereka didengarkan dengan serius dan saksama sehingga sikap dan gerak tubuh  mereka dalam menanggapi dan ikut serta dalam liturgi sungguh-sungguh hidup dan aktif. 

Yang ketiga, setelah selesai perayaan ekaristi, kebiasaan yang selalu dibuat adalah menyapa umat dengan memberikan salam dan berpenggangan tangan saat umat hendak keluar dari pintu Gereja. 

Sapaan ini sungguh meneguhkan umat. Mereka merasa disapa dan mereka sungguh-sungguh menghormati Beliau sebagai gembala mereka. Tete Frans menunjukkan kepada saya dan umat yang dilayaninya sebagai seorang sosok teladan pelayan pastoral yang sejati; yang sungguh-sungguh masuk dalam kehidupan umat asli.

Si Gembala Orang Baliem

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun