Mereka yang terbaring dalam keabadian
Belumlah lama
Dalam ingatan berqolbu mengenangnya
Merekalah yang dulu menimang,memandikan serta mengantar kami kesekolah sedari kecil
Berpayah-payah membanting tulang memeras keringat membangun asa
Pada pusara mereka rindu mengalir
Pada sudut mata mengalirlah titik-titik air
Sambil mengulang bait demi bait sebelum melanjutkan kata terindah buat mereka
Betapa berartinya hari-hari bersama mereka
Seperti sepekan sebelum kepergiaanya Bapak
Tatapnya lekat seakan tak mau pisah.
Peluk ciumku padanyalah ketika itu akhir pertemuan kami
Dalam angguknya yang perlahan
Lelaki kuat nan perkasa itu berpulang menghadap RabbNYA
Maka terkenanglah beliau dalam banyak kisah hidupnya
Seperti para tetua kawannya, mengenangnya sebagai sosok pekerja dan peduli
Rindupun kian tak bertepi
maaf , maaf dan maaf tak lepas terukir dibibir
Dalam derai tangis padanya
Pun berselang waktu yang tak lama
Ibu menyusulnya
Ketika hujan beranjak deras
Kenangan padanya pada pembaringan untuk menjaganya
Rupanya terminal terakhirnya di pagi itu..
Oooh. Suara lembutnya yang sayup mengalun tidak membersamai lagi
Sang Khalik memilihnya untuk kembali
Kembali haru mengikat hati
Yang terkenang usapan tangannya yang semakin menua kepada wajah-wajah kami
Berucap lirih berpesan sedari kami kecil hingga menjelang hayatnya
Rabbighfir l, wa li wlidayya, warham hum kam rabbayn shaghr.
Bila tiba waktunya tak ada yang bisa menundanya giliran itu akan datang
Sesuatu yang pasti namun tak pernah ada yang tahu kapan datangnya