Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fenomena Migrasi Anak Muda dan Orang Tua Indonesia ke Luar Negeri

3 Januari 2025   06:32 Diperbarui: 3 Januari 2025   06:32 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://media.istockphoto.com/id/1154718130/id/vektor/imigrasi-orang-orang-mini-bermigrasi-ke-negara-negara-maju-konsep-migrasi-orang-dengan-latar

Dalam beberapa dekade terakhir, fenomena migrasi warga Indonesia, baik dari kalangan muda maupun orang tua, ke berbagai negara seperti Singapura, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, China, Jepang, dan Kanada semakin meningkat.

Tren ini mencerminkan pergeseran preferensi dalam mencari peluang hidup yang lebih baik di luar negeri. Faktor ekonomi, pendidikan, sosial, dan gaya hidup menjadi alasan utama di balik fenomena ini.

Selain itu, cerita-cerita seperti seorang dokter yang rela menjadi pembersih kloset di Australia karena penghasilannya lebih tinggi atau sarjana yang menjadi pemetik tomat di Australia karena gajinya lebih besar daripada pekerja kantoran di Indonesia, menambah dimensi menarik dari dinamika migrasi ini.

Saya ingin mengeksplorasi berbagai faktor pendorong, dampak migrasi, serta implikasinya bagi individu dan negara asal.

1. Alasan di Balik Migrasi

a. Kesenjangan Ekonomi yang Signifikan

Faktor ekonomi menjadi alasan utama banyak orang Indonesia memutuskan untuk menetap di luar negeri. Di Indonesia, profesi bergengsi seperti dokter, pengacara, atau artis sering kali tidak menjamin pendapatan yang tinggi dibandingkan pekerjaan dengan tingkat keahlian rendah di negara maju.

Contohnya, seorang dokter di Indonesia, terutama yang bekerja di rumah sakit umum, bisa mendapatkan gaji yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan gaji seorang pembersih kloset di Australia.

Hal ini mendorong banyak profesional untuk meninggalkan pekerjaan mereka dan mencari penghasilan yang lebih tinggi meski dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka.

Cerita tentang sarjana yang bekerja sebagai pemetik tomat atau pelayan restoran di Australia karena gajinya jauh lebih besar dibandingkan pekerjaan di Indonesia juga menyoroti ketimpangan besar dalam nilai tukar upah antara Indonesia dan negara maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun