Era digital juga memperparah fenomena ini. Anak muda kini hidup dalam dunia yang serba cepat, di mana hiburan, informasi, dan interaksi sosial dapat diakses hanya dengan satu sentuhan jari.
Akibatnya, mereka kehilangan kemampuan untuk menikmati momen-momen sederhana atau menghadapi kebosanan dengan cara yang konstruktif.
Fenomena "gabut" ini juga bisa menjadi alarm. Anak-anak muda mungkin sebenarnya sedang mencari pelarian dari tekanan sosial, akademik, atau emosional.
Daripada melihat ini sebagai masalah yang harus disalahkan, orang tua, pendidik, dan masyarakat perlu memahami apa yang ada di balik perilaku ini.
Perspektif Anak Muda yang Produktif
Tidak semua anak muda terjebak dalam fenomena gabut. Ada di antara anak muda yang justru memanfaatkan waktu luang untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Misalnya, mencoba memulai bisnis kecil-kecilan di media sosial.
Saat yang lainnya asyik scrolling tanpa tujuan, beberapa anak muda memanfaatkan platform yang sama untuk memasarkan produk.
Namun, anak muda yang demikan sibuk pun tidak menyangkal bahwa kadang mereka juga merasa ingin "gabut." Menjadi produktif setiap waktu itu melelahkan. Mereka hanya belajar bagaimana mengelola waktu agar tidak tenggelam dalam kebosanan yang berlebihan.
Menemukan tujuan hidup adalah kunci. Ketika kita tahu apa yang ingin dicapai, waktu luang menjadi peluang, bukan jebakan.
Perspektif Teknologi
Dari sisi teknologi, fenomena gabut pada anak muda adalah konsekuensi dari kemajuan zaman. Platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube diciptakan untuk memberikan hiburan instan.