Ada perasaan haru yang menyelinap ke dalam hati Stevonia, mengingat adiknya yang telah tiada. Adiknya pasti akan tersenyum di sana, melihat putrinya akan punya ibu baru, melangkah ke dunia yang penuh harapan.
Saat itu, terdengar langkah kaki di luar. Pintu depan terbuka, dan masuklah suami Stevonia, Pak Rendi. Wajahnya basah oleh keringat, meski malam begitu dingin. Ia meletakkan tas kecil berisi sisa uang dari transaksi top up dan tersenyum lelah melihat tamu-tamunya.
"Oh, kalian di sini?" Pak Rendi menyapa dengan hangat. "Wah, ada apa malam-malam begini?"
Stevonia dengan semangat menceritakan kabar besar itu. Pak Rendi mengangguk penuh antusias. Ia menyalami Dita dan adik kecilnya serta Pak Hendra, wajahnya berbinar penuh rasa bahagia.
Tapi kemudian suasana berubah sejenak menjadi hening, seakan malam itu memberi ruang bagi perasaan masing-masing untuk menyelami.
Pak Hendra tiba-tiba berbicara dengan suara lebih pelan, suaranya seolah pecah oleh beban yang ditanggung selama ini. "Stev, aku tahu... aku tahu kita jarang saling mengunjungi lagi sejak adikmu pergi. Aku... mungkin aku kurang perhatian pada kalian. Maafkan aku."
Stevonia merasakan gumpalan emosi naik ke tenggorokannya. Ia ingat betapa kepergian adik perempuannya memisahkan hubungan mereka, membuat jarak yang sulit dijembatani. Ia berusaha keras menelan tangis yang hendak pecah.
"Hendra, tidak perlu minta maaf. Aku mengerti. Kematian... kematian memang mengubah banyak hal."
Dita menunduk, menyeka air mata yang mulai membasahi pipinya. Ia tahu, malam ini bukan hanya tentang kabar pernikahan ayahnya. Malam ini membawa kehangatan, tetapi juga bayang-bayang orang yang mereka rindukan. Pak Hendra tampak lebih tua dari umurnya, tampak seperti banyak beban.
Pak Rendi berdiri, mengambil telepon jadul yang hampir terlupakan di sudut ruangan. "Baiklah, kabar ini harus segera disebarkan. Malam ini kita akan bersyukur bersama, bukan hanya karena kamu akan menikah, tapi juga karena keluarga ini masih bisa berkumpul... walau dalam bentuk yang sederhana."
Mereka semua mengangguk. Stevonia melihat keponakannya yang akan mempunyai ibu baru. Ada harapan, ada cinta, dan ada kenangan yang takkan pernah mereka lupakan. Dan di luar sana, malam berbisik lembut, menyaksikan persatuan kecil yang penuh makna di sebuah rumah yang selalu penuh kehangatan dan cerita.