Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Drusila, Mesin Tawa yang Tak Kenal Rem

3 November 2024   06:57 Diperbarui: 3 November 2024   07:08 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Astaga, Drusila lagi-lagi beraksi," gumamnya sambil bergerak ke dalam rumah dan menyesap teh hangatnya. "Kapan ya rumah itu bisa tenang?"

Dan itulah Drusila. Wanita yang tidak pernah kehabisan energi, ide gila, atau komentar-komentar pedas. Jika ada yang bertanya apakah dunia akan lebih baik tanpa Drusila, mungkin jawabannya adalah tawa yang tak bisa ditahan.

Karena meskipun dia seperti tornado dalam bentuk manusia, satu hal yang pasti: dia membuat segalanya lebih hidup, penuh warna, dan tentu saja, lebih membingungkan.

Sedangkan tukang kebun Bu Rina, Pak Raji, yang sedang memangkas tanaman biar rapi, meski bentuknya sering malah menyerupai pentungan polisi atau brokoli raksasa, juga mendengar kegaduhan yang dibuat Drusila di rumah sebelah.

Pak Raji langsung meletakkan gunting tanaman besar yang, kalau dilihat-lihat, seukuran pedang ksatria.

Ia menggeleng-geleng sambil berbisik, "Aduh, Drusila lagi, ya? Kalau jendela dan pintu rumah itu hilang, pasti bunyinya seperti konser rock yang dihadiri para kelelawar... dan yang mimpin orkestra adalah Drusila!" Wajah Pak Raji berubah serius.

Pak Raji mulai mengimajinasikan Drusila yang menyanyikan lagu-lagu heavy metal dengan suara serak mirip setrika berkarat, sambil mengibas-ngibaskan rambut, eh, bulu, dengan gaya bintang rock.

"Untung aja Bu Rina udah tahan mental," gumam Pak Raji, lalu melanjutkan memangkas tanaman dengan bentuk yang kini mirip awan marah.

"Kalau enggak, mungkin dia sudah memesan helm anti-getar buat semua penghuni di sekitar sini. Setiap suara Drusila seperti guntur di siang bolong, bikin jantung mau lompat dari dada, bukan ke rumah sakit, tapi ke sirkus!"

Pak Raji pun tertawa sendiri membayangkan Drusila memaksa lewat jendela yang terkunci sambil melatih teriakannya seperti penyanyi yang lupa lirik lagu. "Kasihan Bu Rina... Kasihan tanaman... Tapi, hei, kalau suara Drusila bisa jadi nada dering ponsel, semua orang pasti terbangun dari tidur nyenyak, bahkan ayam jago bisa jadi fans beratnya!"

Sedangkan Pak Rinto, yang sedang menyapu halamannya dengan semangat 45, seolah-olah setiap daun kering adalah musuh bebuyutan yang harus diusir dari dunia, terpana mendengar kegaduhan Drusila di rumah sebelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun