Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Drama Butut vs Buruk

25 Oktober 2024   16:10 Diperbarui: 25 Oktober 2024   16:11 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu di lingkungan Kantor DukCapil, langit cerah tidak menjanjikan kedamaian. Di tengah-tengah hiruk-pikuk pegawai yang sibuk menyiapkan dokumen, seorang wanita setengah baya dengan baju daster merah mencolok berjalan memasuki ruangan.

Wanita ini, Bu Tuti, akrab dikenal sebagai Butut di kalangan tetangga. Butut datang untuk memperpanjang KTP, dengan wajah menengadah dan bibir mengerucut penuh kengerian bagi yang pertama melihatnya.

"Pak Heri, KTP saya sudah habis masa berlakunya. Bisa bantu, ya?" tanyanya pada sekretaris dinas DukCapil yang duduk di meja depan sambil menyeruput kopi.

Pak Heri, sekretaris yang sudah hafal dengan kepribadian dramatis Butut, tersenyum sambil mengangguk. "Oh, bisa saja, Bu. Hari ini Bu Rukmi belum datang karena katanya mengantar anaknya ke SD Tarantula. Jadi, saya bisa bantu langsung."

Senyum Butut merekah seperti bunga terompet di pinggir jalan. "Wah, terima kasih, Pak Heri. Untung saja kenal bapak, jadi nggak perlu nunggu-nunggu Bu Rukmi yang ribet itu!" ucapnya dengan nada puas.

Pak Heri hanya tersenyum simpul. Ia tahu persis hubungan antara Bu Tuti dan Bu Rukmi---alias Buruk. Dua ibu-ibu tangguh ini sudah lama tak akur. Wajah mereka sama-sama garang, tubuh mereka sedikit berlebih di sana-sini, dengan tatapan yang dapat mengintimidasi bahkan petugas keamanan kantor.

Setiap kali bertemu, keduanya tak pernah teguran, hanya tatap-tatapan sengit yang lebih seram dari suara alarm kebakaran.

Proses pembuatan KTP Butut berjalan lancar, dan dengan anggunnya, Butut meninggalkan kantor sambil mengibaskan dasternya, merasa seperti bangsawan yang baru saja mendapatkan hak istimewa.

Sementara itu, tak lama kemudian, datanglah Bu Rukmi alias Buruk dengan wajah cemberut. Begitu masuk, ia langsung menuju mejanya dan mendapati berkas KTP Butut di meja Pak Heri.

Wajahnya langsung berubah. Alisnya bertaut, dan matanya menyipit penuh emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun