Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak Khairul dan Ayam-Ayamnya

18 Oktober 2024   14:54 Diperbarui: 18 Oktober 2024   14:56 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ceramah Pak Khairul terus berlanjut selama hampir setengah jam, hingga akhirnya Pak Dullah berhasil menyelipkan kalimat penutup.

"Baiklah, Pak Khairul, terima kasih atas wejangan Bapak. Kami sangat menghargai, dan semoga ayam-ayam itu bisa segera diurus lebih baik ya, Pak."

Pak Khairul tersenyum lebar. "Oh, tentu, tentu. Jangan khawatir, mulai besok, saya akan memberi makan mereka lebih sering. Mungkin saya juga akan memperbaiki kandangnya. Insya Allah!"

Tetangga-tetangga pun pamit pulang dengan perasaan campur aduk. Mereka berhasil menyampaikan keluhan, tapi juga mendapatkan ceramah panjang. Begitulah Pak Khairul, meskipun ia kadang membuat frustasi, ia juga sulit untuk dibenci.

Keesokan harinya, tetangga-tetangga menunggu apakah Pak Khairul benar-benar akan menepati janjinya. Pagi-pagi sekali, Bu Sumi sudah berjaga-jaga di teras rumah, memastikan tidak ada ayam yang akan mengotori halaman rumahnya lagi.

Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat pemandangan di halaman rumah Pak Khairul. Ayam-ayamnya berkeliaran seperti biasa, namun kali ini, Pak Khairul sendiri yang ikut-ikutan berkeliaran sambil membawa seember penuh jagung.

"Woi! Woi! Ayo, makan! Ini jagung buat kalian! Jangan ganggu tetangga lagi, ya!" teriak Pak Khairul kepada ayam-ayamnya yang tampak tak peduli.

Sambil terkekeh, Bu Sumi berpikir, setidaknya usaha Pak Khairul kali ini lebih baik daripada sebelumnya. Meskipun, ia masih ragu apakah ayam-ayam itu benar-benar akan berhenti "berwisata" ke rumah tetangga.

Dan ternyata benar saja, meskipun Pak Khairul rajin memberi makan ayam-ayamnya sejak hari itu, ayam-ayam tersebut tetap saja nakal. Mereka masih sering berkeliaran, meski intensitasnya sudah berkurang.

Tapi setidaknya, kini tetangga-tetangga punya satu hal baru yang bisa mereka tertawakan bersama: setiap pagi, mereka tak hanya mendengar kicauan ayam, tapi juga teriakan Pak Khairul yang panik mengejar-ngejar ayam-ayamnya agar tidak kabur ke kebun tetangga.

"Kampung ini memang tak akan pernah sepi kalau ada Pak Khairul dan ayam-ayamnya," gumam Pak Dullah sambil tertawa kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun