Mendengar hal itu, Pak Khairul tertawa keras. "Hahaha! Oh, ya ampun! Itu hanya ayam, kok. Nanti kotorannya bisa disapu, kan?"
Tetangga-tetangga lain mulai saling pandang. Mereka bingung harus berkata apa, karena bagi mereka masalah ini cukup mengganggu, tapi Pak Khairul tampaknya tidak menganggapnya serius. Pak Dullah mencoba lagi.
"Bukan cuma soal kotorannya, Pak Khairul, tapi ayam-ayam itu kelaparan, sampai-sampai mereka mengacak-acak tanaman di kebun tetangga. Itu cukup mengganggu..."
Pak Khairul tiba-tiba memasang wajah serius. "Masya Allah, Pak Dullah. Saya rasa ini saat yang tepat untuk membahas soal tanggung jawab sebagai sesama umat manusia. Ini adalah ujian dari Allah. Sabar, sabar itu kuncinya. Kalau ayam itu mengacak-acak kebun, mungkin Allah sedang menguji kesabaran kita semua."
Pak Dullah berusaha keras menahan diri. "Iya, Pak, tapi..."
"Dan soal memberi makan hewan itu, saya sering ceramah, kan? Itu tanggung jawab kita. Kita semua punya kewajiban untuk berbagi rezeki dengan makhluk Allah yang lain. Termasuk ayam-ayam itu! Tapi, memang kadang-kadang saya lupa memberi mereka makan... mungkin ini bagian dari rencana besar Allah!"
Tetangga-tetangga lainnya yang semula diam mulai tergerak. Bu Sumi, yang sudah lama menahan unek-unek, akhirnya angkat bicara. "Pak Khairul, sabar itu sabar, tapi kalau ayam itu tiap hari bikin onar, ya harus diurus, dong! Mereka kan ayam Bapak. Setiap pagi, kami harus bersihkan beranda dari kotoran mereka. Ini bukan soal sabar lagi, Pak."
Pak Khairul terdiam sejenak. Tampak jelas ia sedang memikirkan sesuatu. "Hmm...," gumamnya pelan. "Ya, ya, saya mengerti. Mungkin, mungkin memang saya harus lebih memperhatikan mereka."
Tetangga-tetangga itu akhirnya bisa bernapas lega. Namun, lega mereka tidak berlangsung lama. Pak Khairul, yang tampaknya mulai memahami masalah ayamnya, tiba-tiba kembali bersemangat untuk berceramah.
"Tapi, coba lihat dari sisi lain," katanya sambil bangkit berdiri. "Ayam-ayam ini adalah pelajaran hidup yang nyata, lho! Bayangkan, mereka kelaparan, tapi tetap berusaha mencari makan. Nah, kita ini, sebagai manusia, jangan sampai kalah dengan ayam! Kita harus berusaha juga, terus berdoa, bekerja keras, jangan mengandalkan rezeki datang begitu saja..."
Tetangga-tetangga yang tadi datang untuk komplain soal ayam, kini terjebak dalam ceramah Pak Khairul yang melantur entah ke mana. Mereka saling pandang dengan tatapan putus asa.