Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bu Tutik Sang Maha Benar

18 Oktober 2024   06:18 Diperbarui: 18 Oktober 2024   06:20 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bu Rani!" panggil Bu Tutik dengan suara yang, bahkan di tengah keramaian persiapan, masih terdengar jelas.

Bu Rani, yang sudah cukup stress dengan segala persiapan pernikahan anaknya, hanya bisa tersenyum canggung ketika Bu Tutik mendekat.

"Bu Rani, tenda ini... apa-apaan sih warnanya? Norak sekali! Siapa yang milih? Kalau aku yang pilih, acara ini pasti akan jadi pernikahan paling elegan seantero negeri. Kamu harusnya tanya aku dulu sebelum bikin keputusan besar begini! Aduh, kalau aku yang ngurus, semua orang di kota ini bakal iri."

Bu Rani mencoba merespons dengan suara pelan, "Hehe, iya, Bu Tutik, tapi kan kita pakai dekorasi ini sesuai budget..."

"Budget?" Bu Tutik mendengus.

"Jangan sampai gara-gara hemat malah jadi bahan tertawaan di depan tamu! Kalau perlu, aku bantu deh kasih ide biar dekorasi kamu nggak kelihatan murahan. Tapi ya... terserah kamu sih, mungkin kamu memang lebih suka yang sederhana."

Setelah memastikan bahwa semua orang mendengar ceramah gratisnya, Bu Tutik melenggang pergi dengan anggun, seolah baru saja menyelamatkan pesta itu dari kehancuran total.

Orang-orang yang tersisa di belakangnya hanya bisa menghela napas panjang. Mereka tahu, acara itu mungkin tetap akan berjalan lancar, asalkan Bu Tutik tidak muncul lagi sampai pesta usai.

Hari demi hari berlalu, dan Bu Tutik tetaplah Bu Tutik. Dia adalah sosok yang selalu benar, selalu tahu segalanya, dan selalu punya waktu untuk mencela orang lain.

Baginya, kehidupan ini adalah panggung besar di mana dia adalah tokoh utama yang harus dipuja, dihormati, dan diakui kehebatannya. Para tetangga mungkin jengkel, beberapa mungkin tersinggung, tapi tak ada yang berani melawannya.

Namun, ada satu hal yang harus diakui: meskipun Bu Tutik adalah sosok yang bikin geleng-geleng kepala, kehadirannya memberikan warna dalam kehidupan di kota kecil itu. Tanpa ocehan dan celaannya yang tiada habis, mungkin suasana akan jauh lebih membosankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun