Misalnya, di Papua, banyak masyarakat yang merasa bahwa sumber daya alam mereka dieksploitasi tanpa adanya timbal balik yang signifikan dalam bentuk pembangunan infrastruktur atau peningkatan kesejahteraan.
Di sisi lain, Indonesia telah membuat beberapa kemajuan dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah.
Program-program seperti Dana Desa, yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan di tingkat desa, serta proyek-proyek infrastruktur besar seperti jalan tol dan bandara, telah membantu mempersempit kesenjangan antarwilayah.
Namun, tantangan besar tetap ada, dan jika masalah ketimpangan ini tidak diatasi, dapat menjadi potensi pemicu perpecahan.
4. Aspek Sosial dan Budaya: Keragaman atau Ancaman?
Indonesia sering disebut sebagai negara yang "berbhineka tunggal ika," yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Semboyan ini mencerminkan kenyataan bahwa Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 1.300 kelompok etnis dan lebih dari 700 bahasa daerah.
Di satu sisi, keragaman ini adalah sumber kekayaan budaya yang besar. Di sisi lain, keragaman juga bisa menjadi ancaman terhadap persatuan jika tidak dikelola dengan baik.
Tantangan sosial yang dihadapi Indonesia antara lain adalah konflik horizontal antar kelompok etnis dan agama. Dalam beberapa dekade terakhir,
Indonesia telah menyaksikan sejumlah insiden kekerasan berbasis agama dan etnis, seperti konflik di Ambon dan Poso pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an. Meski konflik-konflik besar tersebut telah mereda, ketegangan antar kelompok tetap ada, terutama ketika dimanfaatkan oleh aktor-aktor politik tertentu untuk kepentingan elektoral.
Polarisasi sosial juga terlihat dalam konteks politik identitas, yang semakin menonjol selama pemilu. Politik identitas berpotensi merusak kohesi sosial jika masyarakat semakin terbelah berdasarkan perbedaan agama, etnis, atau ideologi.
Ketika masyarakat terpolarisasi, solidaritas nasional dapat terkikis, dan dalam kondisi ekstrem, hal ini bisa mengarah pada desintegrasi.