Aparat keamanan sering kali lambat dalam merespons kejahatan jenis ini, yang membuat para penipu semakin leluasa beroperasi.
Penipuan online atau cybercrime ini mencerminkan masalah yang lebih luas dalam literasi digital di Indonesia. Masyarakat yang belum memiliki pemahaman cukup tentang keamanan digital mudah menjadi korban penipuan.
Hal ini diperparah dengan minimnya regulasi yang efektif dalam menanggulangi kejahatan dunia maya. Selain itu, banyak penegak hukum yang belum dilengkapi dengan kemampuan yang memadai untuk mengatasi kejahatan berbasis teknologi ini.
Kejahatan dunia maya tidak hanya menyebabkan kerugian finansial bagi korban, tetapi juga mengikis kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam jangka panjang, hal ini dapat menghambat perkembangan ekonomi digital di Indonesia, di mana banyak sektor bisnis bergantung pada teknologi informasi.
4. Korupsi dan Penyalahgunaan Bantuan Sosial
Korupsi adalah salah satu masalah kronis yang terus menghantui Indonesia. Para koruptor tidak hanya mencuri uang negara, tetapi juga merampas hak-hak masyarakat, terutama kelompok rentan seperti orang miskin dan anak yatim piatu.
Kasus di mana bantuan sosial yang seharusnya disalurkan kepada mereka yang membutuhkan justru diberikan kepada kerabat atau orang yang tidak layak menerima bantuan, menjadi contoh nyata bagaimana korupsi telah merusak sistem distribusi kesejahteraan di Indonesia.
Korupsi tidak hanya berdampak pada kerugian ekonomi, tetapi juga pada meningkatnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga publik.
Ketika masyarakat melihat bahwa sistem distribusi bantuan sosial tidak berjalan dengan adil, rasa frustasi dan ketidakpuasan terhadap pemerintah meningkat.
Korupsi juga menciptakan ketidaksetaraan yang semakin lebar antara kelompok masyarakat yang kaya dan yang miskin, yang pada akhirnya memicu ketegangan sosial.