Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran dari Kisah Nabi Ayub

29 September 2024   10:14 Diperbarui: 29 September 2024   10:21 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cendekiamuslim.or.id

Mereka menasihati Ayub untuk mengakui kesalahannya dan bertobat, dengan harapan bahwa Tuhan akan mengakhiri penderitaannya.

Namun, Ayub bersikeras bahwa ia tidak bersalah. Ia tidak dapat memahami mengapa Tuhan menghukumnya begitu berat, meskipun ia hidup dengan jujur dan berbakti.

Ayub mulai mengajukan pertanyaan yang mengguncang fondasi iman teologis saat itu. Mengapa orang yang benar harus menderita sementara orang jahat tampaknya hidup dalam kedamaian?

Di tengah penderitaannya, Ayub merintih, mengeluh, dan bahkan menantang Tuhan secara langsung. "Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu dan menganggap aku sebagai musuh-Mu?" (Ayub 13:24), ia bertanya dalam penderitaan yang begitu mendalam.

Dialog antara Ayub dan sahabat-sahabatnya berlangsung selama banyak bab, dan mereka menawarkan berbagai argumen teologis untuk mencoba menjelaskan penderitaan Ayub.

Elifas, Bildad, dan Zofar secara bergantian berbicara tentang keadilan Tuhan dan pentingnya pertobatan, tetapi Ayub terus menyangkal bahwa penderitaannya adalah akibat dosa pribadi. Ayub menuntut agar Tuhan menjawabnya secara langsung.

Jawaban Tuhan dari Pusaran Angin

Puncak dari kisah ini terjadi ketika Tuhan akhirnya berbicara kepada Ayub, tetapi bukan dengan jawaban yang Ayub harapkan. Tuhan muncul dalam pusaran angin dan mengajukan serangkaian pertanyaan yang menyoroti betapa kecilnya pemahaman manusia tentang rencana ilahi dan alam semesta.

"Di manakah engkau ketika Aku meletakkan dasar bumi?" (Ayub 38:4), Tuhan bertanya. Pertanyaan ini bukan dimaksudkan untuk merendahkan Ayub, melainkan untuk menunjukkan bahwa ciptaan Tuhan adalah sesuatu yang sangat kompleks dan misterius sehingga manusia tidak dapat memahaminya sepenuhnya.

Tuhan kemudian melanjutkan dengan menggambarkan kekuatan alam semesta, binatang-binatang liar, dan keajaiban alam yang semua berada di bawah kendali-Nya. Tuhan tidak memberikan penjelasan langsung atas penderitaan Ayub, tetapi sebaliknya, Dia menunjukkan bahwa kebijaksanaan ilahi melampaui pemahaman manusia.

Ayub, yang pada awalnya menuntut jawaban, akhirnya merendahkan diri di hadapan kebesaran Tuhan. "Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal" (Ayub 42:2), kata Ayub dengan penyesalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun