Pertama, ternaknya yang menjadi sumber utama kekayaannya diambil oleh para penyerbu. Kemudian, badai menghancurkan rumah anak-anaknya saat mereka sedang berkumpul bersama, menyebabkan kematian seluruh anaknya.
Duka mendalam menyelimuti Ayub. Dengan tubuh yang gemetar dan hati yang hancur, ia merobek pakaiannya dan mencukur kepalanya sebagai tanda berkabung. Namun, dalam keputusasaan ini, Ayub tetap teguh dalam imannya.
Alih-alih mengutuk Tuhan, ia bersujud dan berkata, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil; terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21). Ini adalah ungkapan paling kuat dari ketabahan iman, bahkan ketika semua yang berharga di dunia telah hilang.
Ujian Kedua: Penderitaan Fisik
Namun, ujian Ayub belum berakhir. Dalam bab kedua, Iblis kembali menghadap Tuhan, kali ini berargumen bahwa manusia akan rela kehilangan segala harta benda, tetapi tidak akan bertahan ketika tubuh mereka sendiri yang menderita. Iblis meyakinkan Tuhan untuk mengizinkannya menginfeksi tubuh Ayub dengan penyakit kulit yang parah, selama nyawanya tetap terjaga.
Ayub dihantam oleh borok dari kepala hingga kakinya. Ia menderita secara fisik dalam derajat yang hampir tak tertahankan. Rasa sakitnya begitu hebat sehingga ia harus duduk di atas tumpukan abu dan menggunakan pecahan tembikar untuk menggaruk luka-lukanya.
Penderitaan fisik ini menambah kedalaman tragedi hidupnya, membawa Ayub ke titik di mana bahkan istrinya kehilangan harapan.
"Kutukilah Tuhan dan matilah!" katanya dalam keputusasaan (Ayub 2:9). Namun, dengan tegar, Ayub menjawab, "Apakah kita hanya mau menerima yang baik dari Tuhan, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" (Ayub 2:10).
Dialog dengan Sahabat-sahabatnya
Setelah kehilangan segalanya dan menderita secara fisik, Ayub didatangi oleh tiga sahabatnya---Elifas, Bildad, dan Zofar---yang datang untuk "menghibur" dan menawarkan penjelasan atas penderitaannya.
Mereka, seperti halnya banyak orang di masa itu, percaya bahwa penderitaan adalah akibat langsung dari dosa. Menurut mereka, Ayub pasti telah melakukan sesuatu yang salah sehingga dia dihukum dengan cara yang begitu keras oleh Tuhan.