Modus penipuan lainnya yang juga mulai marak adalah pemerasan melalui video call dengan memanfaatkan rekaman video yang bersifat privasi. Dalam kasus ini, penipu menghubungi korban dan berpura-pura melakukan panggilan video yang tidak pantas.
Setelah berhasil merekam tangkapan layar atau video korban dalam posisi yang mungkin memalukan atau kompromi, penipu kemudian menggunakan rekaman tersebut untuk memeras korban.
Pelaku biasanya mengancam akan menyebarluaskan rekaman tersebut jika korban tidak memenuhi permintaan mereka, yang biasanya berupa uang. Tindakan ini merupakan bentuk kejahatan yang sangat merusak, karena tidak hanya merugikan korban secara finansial, tetapi juga secara psikologis.
Banyak korban yang merasa malu dan takut melapor karena takut rekaman tersebut benar-benar disebarluaskan, yang akhirnya memicu siklus pemerasan yang berkelanjutan.
Untuk mencegah hal ini, sangat penting bagi masyarakat untuk selalu waspada dalam berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal, terutama melalui media daring.
Jangan pernah menerima panggilan video dari orang yang tidak dikenal atau mencurigakan. Selain itu, penting juga untuk tidak mengungkapkan informasi pribadi atau melakukan tindakan yang dapat dimanipulasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Penipuan Lain yang Semakin Beragam
Selain modus pengumpulan data pribadi dan pemerasan video call, masih banyak lagi jenis penipuan online yang berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.
Misalnya, penipuan berkedok undian berhadiah, di mana pelaku menghubungi korban dengan mengklaim bahwa mereka memenangkan hadiah dari suatu perusahaan besar. Untuk "mengklaim" hadiah tersebut, korban diminta untuk membayar sejumlah uang atau memberikan informasi pribadi, yang akhirnya digunakan untuk tujuan kejahatan.
Ada juga penipuan berkedok lowongan kerja palsu, di mana penipu membuat iklan lowongan kerja yang terlihat profesional dan menggiurkan, namun sebenarnya tidak ada pekerjaan yang ditawarkan.
Korban yang tertarik kemudian diminta untuk membayar biaya administrasi atau memberikan data pribadi sebagai syarat untuk melanjutkan proses perekrutan, yang akhirnya hanya berujung pada penipuan.