Namun, Tuhan menunjukkan belas kasihan-Nya kepada mereka, sama seperti yang Ia lakukan kepada umat Israel ketika mereka bertobat dari dosa-dosa mereka. Ini menunjukkan bahwa kasih Tuhan bersifat universal dan tidak terbatas pada satu bangsa atau kelompok saja.
Tuhan bersedia memberikan pengampunan kepada siapa saja yang bertobat, bahkan kepada bangsa-bangsa yang paling jahat sekalipun.
Pergulatan Yunus dengan Rahmat Tuhan
Setelah penduduk Niniwe bertobat dan diselamatkan dari hukuman Tuhan, Yunus merespons dengan kemarahan. Yunus merasa kecewa karena Tuhan tidak menghancurkan Niniwe seperti yang telah Ia ancam.
Dalam Yunus 4:1-3, Yunus berdoa kepada Tuhan dengan penuh kemarahan, mengatakan bahwa inilah alasan mengapa ia melarikan diri ke Tarsis, karena ia tahu bahwa Tuhan adalah Allah yang pengasih dan penyayang, dan ia tidak ingin Niniwe menerima rahmat tersebut.
Tuhan kemudian memberikan pelajaran kepada Yunus melalui peristiwa pohon jarak. Tuhan menumbuhkan pohon jarak untuk memberikan naungan kepada Yunus dari panasnya matahari, tetapi kemudian Tuhan membuat pohon itu layu, sehingga Yunus kembali merasa panas dan marah.
Tuhan menggunakan peristiwa ini untuk menunjukkan kepada Yunus bahwa seperti halnya Yunus merasa kasihan atas pohon yang mati, demikian pula Tuhan berbelas kasihan kepada penduduk Niniwe yang berjumlah lebih dari 120.000 jiwa, serta banyak hewan, yang semuanya tidak tahu membedakan antara yang benar dan yang salah (Yunus 4:10-11).
Pesan Teologis dari Kisah Yunus
Kisah Yunus mengandung beberapa pesan teologis yang sangat penting. Pertama, kisah ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah Allah yang penuh kasih dan pengampunan, yang selalu bersedia memberikan kesempatan kedua kepada siapa saja yang bertobat, bahkan kepada bangsa-bangsa yang dianggap jahat sekalipun.
Kedua, kisah ini menyoroti sifat universal dari kasih Tuhan, yang tidak terbatas pada bangsa Israel saja, tetapi mencakup seluruh umat manusia. Ketiga, kisah ini juga menunjukkan bahwa manusia sering kali sulit menerima rahmat Tuhan yang melampaui batasan-batasan yang mereka ciptakan sendiri, seperti batasan etnis, agama, atau nasionalitas.
Yunus adalah nabi yang sangat manusiawi, dengan segala kelemahan dan kekurangannya, tetapi melalui pengalamannya, Tuhan menunjukkan bahwa kasih dan rencana-Nya jauh lebih besar daripada pemahaman manusia.