Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pencairan Es di Kutub Terhadap Daratan Pulau Kalimantan

25 September 2024   04:23 Diperbarui: 25 September 2024   04:54 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/risesocial_/p/C6tMGLJLdeE/?img_index=1

Perubahan iklim global telah menjadi perhatian utama bagi para ilmuwan, pemerintah, dan masyarakat luas selama beberapa dekade terakhir. Salah satu konsekuensi paling menonjol dari perubahan iklim adalah pencairan es di kutub utara (Arktik) dan kutub selatan (Antartika).

Proses ini, yang disebabkan oleh peningkatan suhu global, dapat memicu kenaikan permukaan laut yang signifikan. Dengan kondisi tersebut, pulau-pulau dan wilayah pesisir di seluruh dunia, termasuk Kalimantan, akan menghadapi risiko besar berupa banjir dan hilangnya daratan.

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan secara ilmiah apa yang terjadi dengan daratan Pulau Kalimantan jika es di kedua kutub mencair secara signifikan, serta dampak yang ditimbulkannya terhadap ekosistem dan kehidupan manusia di wilayah tersebut.

Pencairan Es Kutub dan Kenaikan Permukaan Laut

Menurut penelitian ilmiah, pencairan es di kedua kutub bumi diperkirakan dapat meningkatkan permukaan laut global hingga 60-70 meter jika seluruh es mencair.

Peningkatan suhu global telah mempercepat proses pencairan es laut di Arktik dan lapisan es di Antartika. Es laut yang mencair di Arktik tidak secara langsung meningkatkan permukaan laut karena es laut sudah mengapung di atas permukaan air, tetapi pencairan es di Greenland dan Antartika yang berada di daratanlah yang menjadi penyebab utama kenaikan permukaan laut.

Sebagian besar es di kedua wilayah tersebut terletak di daratan, dan ketika es ini mencair, air mengalir ke laut, menyebabkan kenaikan volume air laut secara signifikan. Ini merupakan fenomena yang sangat penting karena pulau-pulau dan wilayah pesisir rendah, seperti Kalimantan, sangat rentan terhadap perubahan ini.

Kalimantan merupakan pulau terbesar ketiga di dunia dan memiliki ekosistem yang kaya, dengan sebagian besar wilayahnya berupa dataran rendah dan pesisir. Oleh karena itu, kenaikan permukaan laut akan memiliki dampak yang luar biasa bagi wilayah ini.

Dampak Kenaikan Permukaan Laut Terhadap Daratan Pulau Kalimantan

 

   Kehilangan Wilayah Pesisir

    Sebagian besar wilayah pesisir Kalimantan, seperti kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan, terletak pada ketinggian yang sangat rendah. Dengan kenaikan permukaan laut yang signifikan, sebagian besar kota ini dan wilayah pesisir lainnya akan tenggelam.

Kota-kota besar lain di Kalimantan yang terletak di dekat pantai, seperti Balikpapan, Samarinda, dan Pontianak, juga berisiko mengalami banjir besar dan hilangnya lahan daratan.

Berdasarkan ketinggian daratan Kalimantan, daerah dataran rendah yang berada pada ketinggian 0-50 meter di atas permukaan laut akan mengalami dampak langsung dari kenaikan permukaan laut.

Maka yang biasa berkendaraan dari Pontianak ke arah Sanggau ke arah Simpang Ampar, daerah tersebut termasuk rendah, maka rawan akan hilang. Sehingga tidak ada lagi pemandangan dan tulisan tempat cuci mobil dan motor, atau tempat siram kulat karet, karena ada kemungkinan daerah itu akan berubah menjadi lautan.

Bukit kecil yang terletak di pinggir jalan pun akan lenyap, karena ketinggian air akan mencapai 60-70 meter, yang artinya setara dengan ketinggian sebuah bukit yang sedang tinggi atau sebuah gedung bertingkat 24.

    Hilangnya Ekosistem Pesisir dan Hutan Bakau

    Pesisir Kalimantan juga merupakan rumah bagi ekosistem hutan bakau yang sangat penting, yang berfungsi sebagai benteng alam untuk melindungi garis pantai dari erosi serta sebagai tempat berkembang biaknya berbagai spesies ikan dan satwa liar.

Dengan kenaikan permukaan laut, hutan bakau ini akan tergenang dan berpotensi mati, yang selanjutnya akan berdampak pada kerusakan ekosistem pesisir. Kerugian ini akan mengganggu keseimbangan alam dan berdampak pada keanekaragaman hayati serta mata pencaharian penduduk setempat yang bergantung pada perikanan dan sumber daya pesisir lainnya.

    Migrasi Penduduk dan Krisis Sosial-Ekonomi

    Kehilangan wilayah pesisir akan menyebabkan perpindahan penduduk secara besar-besaran dari daerah yang tenggelam ke daerah yang lebih tinggi di pedalaman Kalimantan.

Migrasi ini akan memicu krisis sosial dan ekonomi yang serius, seperti meningkatnya persaingan untuk lahan dan sumber daya yang terbatas, peningkatan tekanan pada infrastruktur kota yang ada, serta potensi konflik sosial antara penduduk asli dan pendatang.

Sehingga tidak menutupi kemungkinan hal ini akan menimbulkan gesekan menjadi persaingan komunal yang salah satu akibatnya adalah perang antar suku dan daerah yang bisa berakibat sangat sadis.

Selain itu, kenaikan permukaan laut akan menghancurkan infrastruktur penting di wilayah pesisir, seperti pelabuhan, jalan raya, dan pemukiman, yang pada gilirannya akan merugikan perekonomian lokal dan nasional.

    Kerusakan Terhadap Keanekaragaman Hayati

    Pulau Kalimantan dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk spesies endemik seperti orangutan Kalimantan (Kohiuk, dalam bahasa daerahnya), bekantan, dan berbagai spesies burung.

Hilangnya hutan bakau, rawa-rawa, dan habitat pesisir lainnya akibat kenaikan permukaan laut akan menghancurkan habitat-habitat penting ini, yang akan berdampak pada penurunan populasi satwa liar.

Kerusakan ekosistem ini dapat menyebabkan kepunahan beberapa spesies endemik yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang drastis.

    Perubahan Pola Hidrologi

    Pencairan es kutub juga akan menyebabkan perubahan pola curah hujan dan iklim global, yang pada akhirnya akan memengaruhi pola hidrologi di Kalimantan. Sungai-sungai besar seperti Sungai Kapuas, Sungai Mahakam, dan Sungai Barito, yang menjadi jalur transportasi dan sumber kehidupan utama bagi penduduk setempat, akan mengalami perubahan aliran air.

Kenaikan permukaan laut akan mendorong intrusi air laut ke dalam sungai-sungai ini, yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar garam (salinitas) di perairan tawar. Kondisi ini akan mempengaruhi pertanian, perikanan, serta ketersediaan air bersih di wilayah tersebut.

Prediksi Dampak Berdasarkan Model Kenaikan Permukaan Laut

Berdasarkan model prediktif yang digunakan oleh ilmuwan iklim, kenaikan permukaan laut hingga 1 meter saja sudah akan menyebabkan banjir besar di daerah pesisir Kalimantan.

Dengan kenaikan permukaan laut yang lebih ekstrem, yaitu antara 60 hingga 70 meter, Kalimantan akan kehilangan sebagian besar wilayah dataran rendahnya. Daerah-daerah yang berpotensi paling terdampak mencakup Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Barat, dan beberapa wilayah pesisir di Kalimantan Timur.

Model elevasi menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah pesisir Kalimantan memiliki ketinggian yang rendah, dengan banyak daerah berada di bawah 10 meter di atas permukaan laut.

Beberapa wilayah yang lebih tinggi di pedalaman mungkin akan tetap tidak terdampak secara langsung, tetapi peningkatan tekanan akibat migrasi penduduk dan perubahan iklim akan memengaruhi seluruh ekosistem di pulau tersebut.

Mitigasi dan Adaptasi

Untuk mengatasi dampak yang diakibatkan oleh pencairan es kutub dan kenaikan permukaan laut, pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat perlu mengambil langkah-langkah mitigasi dan adaptasi yang serius. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain:

    Pembangunan Infrastruktur Penahan Banjir

  Jauh hari pemeriantah harus memikirkan untuk membangun tanggul, dinding laut, dan sistem drainase yang lebih baik di wilayah pesisir dapat membantu melindungi sebagian wilayah Kalimantan dari ancaman kenaikan permukaan laut.

    Restorasi Ekosistem Pesisir

    Upaya restorasi hutan bakau dan ekosistem pesisir lainnya dapat membantu mengurangi dampak erosi dan banjir di wilayah pesisir, serta menjaga keanekaragaman hayati yang ada.

    Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Berkelanjutan

    Pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan, termasuk pengendalian pembangunan di daerah rawan banjir dan perencanaan tata ruang yang mempertimbangkan risiko perubahan iklim, dapat membantu mengurangi dampak negatif kenaikan permukaan laut.

    Peningkatan Kesadaran dan Edukasi Masyarakat

    Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai ancaman perubahan iklim dan pentingnya menjaga lingkungan akan membantu menciptakan tindakan kolektif dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan tersebut.

Usaha yang Bisa Dilakuan

Pencairan es di kedua kutub bumi dan kenaikan permukaan laut yang diakibatkannya akan membawa dampak yang sangat serius bagi Pulau Kalimantan. Dari hilangnya wilayah pesisir, rusaknya ekosistem bakau, hingga krisis sosial-ekonomi yang ditimbulkan oleh migrasi penduduk, Kalimantan akan menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan kehidupan dan ekosistemnya.

Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi yang cepat dan efektif untuk mengurangi dampak negatif dari perubahan ini. Jika tindakan global dan lokal tidak diambil segera, pencairan es kutub akan membawa perubahan yang tak terelakkan bagi masa depan Kalimantan dan seluruh dunia.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun