Migrasi ini akan memicu krisis sosial dan ekonomi yang serius, seperti meningkatnya persaingan untuk lahan dan sumber daya yang terbatas, peningkatan tekanan pada infrastruktur kota yang ada, serta potensi konflik sosial antara penduduk asli dan pendatang.
Sehingga tidak menutupi kemungkinan hal ini akan menimbulkan gesekan menjadi persaingan komunal yang salah satu akibatnya adalah perang antar suku dan daerah yang bisa berakibat sangat sadis.
Selain itu, kenaikan permukaan laut akan menghancurkan infrastruktur penting di wilayah pesisir, seperti pelabuhan, jalan raya, dan pemukiman, yang pada gilirannya akan merugikan perekonomian lokal dan nasional.
  Kerusakan Terhadap Keanekaragaman Hayati
  Pulau Kalimantan dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk spesies endemik seperti orangutan Kalimantan (Kohiuk, dalam bahasa daerahnya), bekantan, dan berbagai spesies burung.
Hilangnya hutan bakau, rawa-rawa, dan habitat pesisir lainnya akibat kenaikan permukaan laut akan menghancurkan habitat-habitat penting ini, yang akan berdampak pada penurunan populasi satwa liar.
Kerusakan ekosistem ini dapat menyebabkan kepunahan beberapa spesies endemik yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang drastis.
  Perubahan Pola Hidrologi
  Pencairan es kutub juga akan menyebabkan perubahan pola curah hujan dan iklim global, yang pada akhirnya akan memengaruhi pola hidrologi di Kalimantan. Sungai-sungai besar seperti Sungai Kapuas, Sungai Mahakam, dan Sungai Barito, yang menjadi jalur transportasi dan sumber kehidupan utama bagi penduduk setempat, akan mengalami perubahan aliran air.
Kenaikan permukaan laut akan mendorong intrusi air laut ke dalam sungai-sungai ini, yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar garam (salinitas) di perairan tawar. Kondisi ini akan mempengaruhi pertanian, perikanan, serta ketersediaan air bersih di wilayah tersebut.
Prediksi Dampak Berdasarkan Model Kenaikan Permukaan Laut