Namun, yang membedakan adalah bahwa saat ini, pola hidup seperti ini mulai diadopsi oleh kelompok yang sebelumnya tidak terlibat dalam pekerjaan malam, seperti pelajar, mahasiswa, bahkan pekerja kantoran yang mulai mengatur ulang jadwal kerjanya sesuai preferensi pribadi.
Pengaruh Teknologi dan Globalisasi
Salah satu faktor utama yang mendukung perubahan pola waktu kerja dan aktivitas ini adalah perkembangan teknologi, khususnya internet. Teknologi memungkinkan orang untuk tetap produktif dan terhubung kapan pun dan di mana pun.
Internet telah membuka kesempatan bagi banyak orang untuk bekerja dari rumah atau bahkan dari tempat yang jauh dari kantor fisik. Hal ini diperkuat dengan adanya tren bekerja dari jarak jauh (remote working) yang semakin populer pasca-pandemi COVID-19.
Generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi juga lebih mudah beradaptasi dengan pola kerja yang fleksibel. Mereka dapat mengakses informasi, berkolaborasi, atau menyelesaikan tugas pekerjaan tanpa harus terikat pada jam kerja konvensional.
Platform-platform seperti Zoom, Slack, dan berbagai aplikasi kolaboratif lainnya memudahkan komunikasi dan pekerjaan di luar jam kerja formal.
Selain itu, globalisasi dan peningkatan interaksi antar negara dengan zona waktu yang berbeda juga membuat banyak pekerjaan membutuhkan kolaborasi lintas zona waktu.
Akibatnya, beberapa orang, terutama mereka yang bekerja di industri global, harus menyesuaikan jadwal kerjanya agar bisa berkomunikasi dengan rekan kerja di belahan dunia lain. Ini tentu saja mendorong peningkatan aktivitas kerja pada malam hari.
Keuntungan dan Tantangan Bekerja di Malam Hari
Pola kerja malam hari membawa beberapa keuntungan bagi sebagian orang. Salah satunya adalah suasana yang lebih tenang dan minim gangguan.
Pada malam hari, ketika kebanyakan orang sedang tidur, lingkungan menjadi lebih hening dan bebas dari distraksi, yang membuat beberapa orang lebih produktif dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.