Hanya dari minuman saja, jumlahnya sudah sangat mencengangkan. Belum lagi biaya untuk sewa band yang mencapai lima puluhan juta rupiah per malam. Dengan artis dan penghibur lainnya, pesta ini pastilah menghabiskan biaya yang tidak sedikit.
Saya memperkirakan bahwa uang yang dikeluarkan oleh tuan rumah mungkin mencapai miliaran rupiah hanya untuk acara satu malam ini.
Yang membuat saya semakin tertegun adalah pemandangan orang-orang yang asyik berjoget dan memberikan saweran kepada para artis wanita. Saya melihat beberapa di antaranya dengan mudahnya memberikan uang hingga jutaan rupiah kepada para penampil.
Seorang artis bahkan mendapatkan saweran tidak kurang dari tiga juta rupiah dari satu orang saja. Semua itu terjadi di depan mata saya, sementara saya hanya bisa terdiam menyaksikannya.
Di tengah kemewahan pesta dan kegembiraan orang-orang, pikiran saya melayang jauh. Saya teringat kepada banyak orang di luar sana yang hidup dalam kondisi serba kekurangan.
Di saat tuan rumah dan para tamunya menghabiskan uang miliaran rupiah untuk satu malam pesta, ada orang-orang yang kesulitan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.
Mereka yang tidak tahu harus makan apa esok hari, atau mereka yang harus bekerja keras sepanjang hari hanya untuk mendapatkan sedikit uang yang bahkan tidak cukup untuk membeli makanan.
Ketimpangan sosial yang terjadi di negeri ini begitu nyata. Di satu sisi, ada orang-orang yang hidup bergelimang harta, menghabiskan uang dalam jumlah besar tanpa pikir panjang.
Di sisi lain, ada mereka yang berjuang mati-matian hanya untuk bertahan hidup. Saya bertanya-tanya, siapa yang salah dalam situasi ini? Apakah kesalahan terletak pada sistem yang memungkinkan ketimpangan seperti ini terus terjadi? Ataukah kita sebagai individu juga turut andil dalam membiarkan kesenjangan ini semakin melebar?
Realitas hidup di Indonesia, seperti yang saya saksikan malam itu, memperlihatkan bagaimana kekuasaan dan kekayaan sering kali berjalan seiring. Kawan kami ini telah berkali-kali terpilih menjadi anggota dewan, dan pada saat yang sama, kekayaannya sebagai pengusaha sawit terus bertambah.
Kekuasaan yang ia miliki memberikan akses lebih besar untuk memperluas bisnisnya, sementara kekayaannya membantu mempertahankan posisinya di dunia politik. Sebuah siklus yang tampaknya sulit diputus, dan semakin memperburuk ketimpangan di antara golongan masyarakat.