Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

P5 dan Merdeka Belajar-Kebijakan Nadiem Makarim

16 September 2024   15:07 Diperbarui: 16 September 2024   15:08 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://money.kompas.com/read/2019/10/24/124105726/lepas-ceo-gojek-berapa-gaji-nadiem-makarim-sebagai-mendikbud?page=all#google_vignette

Siswa tidak lagi diharuskan mengikuti satu pendekatan yang seragam, tetapi dapat memilih dan mengembangkan keterampilan berdasarkan minat dan kebutuhan mereka.

P5 juga berperan penting dalam penguatan karakter siswa. Di tengah tantangan globalisasi dan perkembangan teknologi, pembelajaran yang berorientasi pada karakter menjadi sangat penting.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila, P5 membantu siswa untuk lebih memahami identitas nasional mereka, memupuk semangat toleransi, gotong royong, dan tanggung jawab sosial.

Pendekatan berbasis proyek ini juga memungkinkan siswa untuk belajar secara lebih praktis dan kontekstual, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Meskipun pada praktiknya siswa-siswi justru merasa terbebani, karena ada waktu tambahan dan biaya tambahan yang harus mereka siapkan untuk menjalani program ini, belum lagi keselamatan mereka selama bepergian keluar.

Kekurangan P5 dan Merdeka Belajar

Namun, di balik kelebihannya, P5 dan Merdeka Belajar juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu kelemahan terbesar adalah ketidaksiapan infrastruktur dan sumber daya manusia di banyak sekolah.

Tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang memadai untuk menerapkan pendekatan berbasis proyek yang memerlukan perencanaan dan dukungan logistik yang baik.

Banyak guru yang juga belum mendapatkan pelatihan yang cukup dalam menerapkan pendekatan ini, sehingga implementasinya menjadi kurang optimal.

Selain itu, evaluasi terhadap pencapaian siswa dalam P5 yang bersifat kualitatif seringkali sulit diukur secara objektif. Berbeda dengan penilaian akademis yang terukur melalui angka, penilaian karakter dan kompetensi memerlukan pendekatan yang lebih holistik, yang belum sepenuhnya matang dalam sistem pendidikan Indonesia.

Keterbatasan waktu dan kurikulum yang padat juga menjadi tantangan lain, karena tidak semua sekolah dapat mengalokasikan waktu yang cukup untuk kegiatan proyek tanpa mengorbankan pembelajaran akademis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun