Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makan Malam Ala Mahasiswa Kantong Kering

26 Juli 2020   08:20 Diperbarui: 26 Juli 2020   13:31 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama dia termenung. "Apakah kita ada barang yang bisa di jual?" Tanyanya tiba-tiba sambil menatap kedua kawannya.

"Barang yang bisa di jual?" Ulang kedua kawannya sambil mengerutkan kening dan saling pandang.  "Barang apa yang kita miliki sebagai mahasiswa miskin begini?" sahut keduanya sambal berpikir keras. "Eh, sebentar..." Seru Bahtok sambil memandang kedua kawannya. Sudin dan Soparong dengan penuh tanda tanya menunggu kelanjutan kata-katanya. "Saya punya kamera analog, merek Nikon. Apa itu bisa dijual?"

Kedua kawannya tertunduk lesu. Siapa yang mau membeli kamera analog bekas di jaman kamera digital dengan kapasitas megapixel seperti sekarang ini.

"Tapi paling tidak kita jadikan jaminan untuk meminjam uang..." Seru Bahtok lagi seperti memahami keraguan kedua rekannya.

"Masuk akal juga idemu..." Seru Sudin mengagumi kreatifitas berpikir kawannya. "Tapi kita bawa kemana?"

"Ha..." Seru Soparong tiba-tiba. "Kita bawa saja ke pak Yamin." Wajah kedua kawannya tiba-tiba cerah. Kalau di bawa ke pak Yamin, pasti bisa. Karena selain kaya raya, pak Yamin juga kalau berkotbah selalu berbicara tentang kebaikan dan membantu sesama yang kesusahan. Dia juga terkenal sangat taat melakukan kegiatan keagamaan.

"Mari kita segera mandi, biar cepat berangkat." Kata Sudin.  "Malam ini kita akan makan sepuas kita."

Ketiganya lalu bergegas mandi dan setelah selesai mereka cepat berpakaian yang pantas. "Nanti siapa yang berbicara?" Tanya Bahtok. "Biar Sudin saja." Usul Soparong. "OK deh..." Kata Bahtok setuju saja.

Sudin melirik arlojinya, menunjukan pukul lima sore. Jarak dari asrama ke rumah pak Yamin sekitar delapan kilometer. Dan itu akan ditempuh sekitar dua jam berjalan kaki. "Sekarang pukul lima sore, kita ke sana sekitar dua jam. Berarti kurang lebih pukul tujuh malam kita sudah sampai." Kata Sudin sambil memperbaiki letak sandalnya.

Mereka bertiga berjalan dengan penuh semangat, rasa lapar tak membuat mereka putus asa. Karena beberapa jam lagi pasti mendapatkan uang, biarpun mungkin hanya sedikit. Bahkan Bahtok dan Soparong berjalan sambil bersenandung ria.

Di dalam sebuah gang ke arah rumah pak Yamin, sekitar empat kilometer jauhnya, keadaan di jalan ramai sekali. Rupanya ada resepsi pernikahan. Sudin dan ketiga kawannya dengan susah payah melewati para undangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun