Lama dia termenung. "Apakah kita ada barang yang bisa di jual?" Tanyanya tiba-tiba sambil menatap kedua kawannya.
"Barang yang bisa di jual?" Ulang kedua kawannya sambil mengerutkan kening dan saling pandang. Â "Barang apa yang kita miliki sebagai mahasiswa miskin begini?" sahut keduanya sambal berpikir keras. "Eh, sebentar..." Seru Bahtok sambil memandang kedua kawannya. Sudin dan Soparong dengan penuh tanda tanya menunggu kelanjutan kata-katanya. "Saya punya kamera analog, merek Nikon. Apa itu bisa dijual?"
Kedua kawannya tertunduk lesu. Siapa yang mau membeli kamera analog bekas di jaman kamera digital dengan kapasitas megapixel seperti sekarang ini.
"Tapi paling tidak kita jadikan jaminan untuk meminjam uang..." Seru Bahtok lagi seperti memahami keraguan kedua rekannya.
"Masuk akal juga idemu..." Seru Sudin mengagumi kreatifitas berpikir kawannya. "Tapi kita bawa kemana?"
"Ha..." Seru Soparong tiba-tiba. "Kita bawa saja ke pak Yamin." Wajah kedua kawannya tiba-tiba cerah. Kalau di bawa ke pak Yamin, pasti bisa. Karena selain kaya raya, pak Yamin juga kalau berkotbah selalu berbicara tentang kebaikan dan membantu sesama yang kesusahan. Dia juga terkenal sangat taat melakukan kegiatan keagamaan.
"Mari kita segera mandi, biar cepat berangkat." Kata Sudin. Â "Malam ini kita akan makan sepuas kita."
Ketiganya lalu bergegas mandi dan setelah selesai mereka cepat berpakaian yang pantas. "Nanti siapa yang berbicara?" Tanya Bahtok. "Biar Sudin saja." Usul Soparong. "OK deh..." Kata Bahtok setuju saja.
Sudin melirik arlojinya, menunjukan pukul lima sore. Jarak dari asrama ke rumah pak Yamin sekitar delapan kilometer. Dan itu akan ditempuh sekitar dua jam berjalan kaki. "Sekarang pukul lima sore, kita ke sana sekitar dua jam. Berarti kurang lebih pukul tujuh malam kita sudah sampai." Kata Sudin sambil memperbaiki letak sandalnya.
Mereka bertiga berjalan dengan penuh semangat, rasa lapar tak membuat mereka putus asa. Karena beberapa jam lagi pasti mendapatkan uang, biarpun mungkin hanya sedikit. Bahkan Bahtok dan Soparong berjalan sambil bersenandung ria.
Di dalam sebuah gang ke arah rumah pak Yamin, sekitar empat kilometer jauhnya, keadaan di jalan ramai sekali. Rupanya ada resepsi pernikahan. Sudin dan ketiga kawannya dengan susah payah melewati para undangan.