"Itulah." Kata Jonathan. "Sekeluar dari tembok penjara, aku berdiskusi dengan isteriku. Dia memberikan masukan, agar aku jangan lagi terlalu vokal. Lebih baik aku mengurusi keluarga saja. Toh lebih dari dua puluh tahun melakukan kegiatan sosial, tidak ada hasilnya. Selain secara ekonomi kami morat-marit, harta benda tak punya, tabungan tak punya sementara anak sudah mulai sekolah, dan aku juga hampir kehilangan nyawa."
"Jadi itu yang membuat kamu menyembunyikan diri di sini?" Tanya Robert meyakinkan dirinya.
"Betul. Akhirnya aku berjanji untuk menjaga mulutku. Karena mulutku adalah harimauku. Bahkan tiga bulan pertama, mulutku ini ku plester, hanya dibuka ketika makan dan minum saja. Setelah agak bisa menahan bicara, barulah tidak ku plester lagi."
Robert menarik nafas panjang sambil terus menggeleng-gelengkan kepala. Lama keduanya terdiam. "Kamu lahir ditempat yang salah dan di jaman yang salah." Desis Robert akhirnya. Lalu keduanya membisu lagi.
"Oh ya." Kata Jonathan memecahkan kebisuan mereka. Dari tadi aku terus yang memborong pembicaraan. Tentunya ada kepentingan khusus sampai jauh-jauh datang kemari?"
Robert tersenyum. "Dugaanmu memang tidak salah!"
"Jadi?"
"Aku menawarkan suatu kerja sama."
"Ah, yang benar saja." Tukas Jonathan. "Usiaku sudah hampir kepala lima. Tak ada energi lagi untuk melakukan pekerjaan berat."
"Ha.Ha.Ha." Â Tawa Robert meledak. "Mana mungkin aku mengajakmu keluar masuk hutan seperti dulu. Sekarang aku sudah mendirikan NGO sendiri dan sewaktu di Hawaii aku bertemu sebuah lembaga donor yang mau mendukung penelitian tentang linguistik. Kami deal, dan dananya lebih satu miliar. Aku perlu telinga emasmu itu."
"Tapi aku tak mungkin meninggalkan kota ini."